RI Gandeng AS Garap 'Harta Karun' Migas Tak Biasa Ini..

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Rabu, 05/10/2022 16:25 WIB
Foto: Malacca Strait PSC, doc.EMP

Bandung, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu MInyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan bahwa Indonesia akan menggandengan Amerika Serikat (AS) untuk menggarap 'harta karun' bukan migas biasa atau migas non konvensional (MNK) di tanah air.

Harta karun migas non konvensional itu berupa shale oil dan shale gas. Hal ini upaya pemerintah untuk mengejar target 1 juta barel minyak per hari dan 12 BSCFD gas.

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto menyebutkan bahwa target produksi minyak 1 juta barel per hari di 2030 masih terus diupayakan. Beberapa diantaranya seperti penerapan enhanced oil recovery (EOR) dan pengembangan sumber minyak non konvensional (MNK).


Target produksi 1 juta barel tidak memungkinkan jika harus melalui proses eksplorasi. Pasalnya, hal tersebut masih membutuhkan proses yang cukup panjang.

"Jadi 2030 itu mengais-ngais, mengkorek korek EOR potensinya di mana. Kita juga bicara mengenai kerja sama dari Amerika Serikat yang masuk ke MNK. Yang sering kita dengar shale oil dan shale gas," kata dia di Bandung, Selasa malam (4/10/2022).

Oleh sebab itu, Dwi berharap agar mendapat dukungan dari berbagai pihak. Mengingat kondisi hulu migas sekarang cukup berbeda jauh dengan kondisi beberapa tahun silam. "Kalau dulu ngebor sedikit minyak sudah muncrat kapasitasnya besar sekali cost rendah," ujarnya.

Sebelumnya, Plt. Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Mohammad Kemal membeberkan bahwa potensi migas non konvensional yang dimiliki Indonesia saat ini telah menjadi incaran perusahaan dunia. Bahkan telah terdapat MoU atau nota kesepakatan dengan salah satu produsen MNK terbesar di Amerika Serikat (AS) untuk mengembangkan harta karun 'bukan migas biasa' itu.

"Pada saat ini sudah taraf MoU dengan perusahaan yang merupakan salah satu produsen besar MNK di Amerika. Sekarang dalam taraf studi melihat potensi subsurface dan kelayakan fasilitas dan pendukung di surface/permukaan," ujar Kemal kepada CNBC Indonesia, Rabu (27/7/2022).

Adapun perusahaan asal AS itu nantinya akan menggarap potensi Migas non konvensional yang berada di wilayah kerja (WK) Rokan. Sementara untuk mekanisme pengelolaan MNK di Blok Rokan sendiri akan dibahas selanjutnya.

Namun demikian, Kemal belum dapat membeberkan nama perusahaan yang berasal dari AS tersebut. Mengingat di dalam MoU tersebut terdapat beberapa syarat yang tidak boleh diungkapkan, salah satunya nama perusahaan. "Di MoU nggak boleh di disclose dulu. tunggu ya kalau sudah bisa diumumkan akan segera disampaikan," ujarnya.

Dalam catatan SKK Migas, terdapat potensi MNK di tiga wilayah di Indonesia. Diantaranya yakni Sumatera bagian tengah yakni Blok Rokan, Sumatera Bagian Utara, dan Kalimantan Timur.

"Paling besar saat ini untuk migas non konvensional ada di Blok Rokan memiliki potensi minyak paling besar. Kemudian ada juga di Sumatera Utara dan Kalimantan Timur tetapi masih kecil-kecil," kata dia dalam Sharing Session dan Edukasi Media Industri Hulu Migas, Selasa di Tangerang, Selasa (19/7/2022).

Adapun perkiraan prospective resources MNK di tiga wilayah tersebut untuk minyak sendiri totalnya mencapai 6,3 miliar barel. Sementara untuk gas mencapai 6,1 triliun kaki kubik (TCF).

"Tapi itu in place, artinya kalau kan ada namanya original in place, dari original in place itu kan karena ada faktor permeabilitas, faktor porositas itu akan ada faktor pengalinya tuh berapa kali yang jadi cadangan dari original oil in place," katanya.

Lebih lanjut, Kemal menyebut pada prinsipnya MNK ini ada potensinya, namun untuk pengembangannya membutuhkan cara baru. Sehingga untuk bisa dikembangkan perlu upaya-upaya yang sangat efisien dan perlu dukungan dari sisi regulasi.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Konflik Iran-Israel Memanas, Dunia Soroti Manuver Trump