
Miris Petani Sawit! Harga Pupuk Terbang, Harga TBS 'Melempem'

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat Manurung meminta pemerintah mengawasi ketat proses tender minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO) di KPBN. Dan, mendesak segera merevisi Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No 1/2018 tentang Pedoman Penetapan Harga Pembelian Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Produksi Pekebun.
"Tanpa itu, petani sawit jangan berharap harga tandan buah segar (TBS) akan lebih baik pasca-diperpanjangnya kebijakan memperpanjang PE nol (pungutan ekspor minyak sawit mentah/ crude palm oil/ CPO dan turunanya di Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS)," kata Gulat kepada CNBC Indonesia, Rabu (5/10/2022).
Seperti diketahui, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya mengatakan, pemerintah mempertimbangkan memperpanjang menggratiskan PE BPDPKS. Kebijakan ini sudah diperpanjang, dari sebelumnya seharusnya hanya sampai akhir Agustus 2022 menjadi akhir Oktober 2022. Kini, kemungkinan diperpanjang jadi akhir tahun 2022.
Gulat menjelaskan, naik turun harga TBS dipengaruhi salah satunya beban terhadap CPO, yaitu PE BPDPKS. Juga, kebijakan wajib pemenuhan domestik (domestic market obligatio/ DMO) yang dianggap menghambat ekspor CPO dan turunannya.
"Akibat DMO, terjadi ketidakpastian mendapatkan persetujuan ekspor karena sulitnya wajib menyalurkan dan mendapatkan kuota ekspor," kata Gulat kepada CNBC Indonesia, Rabu (5/10/2022).
"Melihat pergerakan harga TBS sejak PE dinolkan mulai 15 Juli 2022, nampaknya tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap harga TBS petani," tambahnya.
Menurut Gulat, seharusnya penghapusan PE BPDPKS yang sudah berlangsung 2 bulan lebih itu bisa mendongkrak harga TBS di petani sebesar Rp600 sampai Rp1.000 per kg.
"Faktanya hanya terdongkrak tipis. Per tanggal 1 Oktober 2022, harga rata-rata TBS di petani swadaya 22 provinsi sentra sawit hanya Rp1.690 per kg dan petani bermitra Rp2.027 per kg. Padahal harga penetapan Dinas Perkebunan sudah rata-rata di atas Rp2.000-2.127 per kg TBS," jelas Gulat.
Alasan harga CPO dunia turun penyebab rendahnya harga TBS petani, imbuh dia, tidak bisa diterima.
"Buktinya, harga rata-rata CPO sebelumnya Rp9.500-10.200 per kg, setelah PE dinolkan naik jadi Rp10.800-11.700 per kg. Tapi, tidak berpengaruh ke harga TBS meski PE dihapus. Jadi, akan sia-sia PE dinolkan diperpanjang jika industri hilir, baik PKS (pabrik kelapa sawit) dan refinery (pengolahan hilir CPO) tidak mau berbagi untung," tukasnya.
"Sementara saat ini, HPP (harga pokok produksi) kami makin naik, terutama sejak harga pupuk melonjak 300%. Sekarang HPP kami sudah Rp1.950-2.250 per kg TBS. Artinya, petani tekor rata-rata sekitar Rp500 per kg, namun tidak demikian di sektor hilir," pungkas Gulat.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Petani & Pabrik Sawit Mulai 'Teriak', Ini Biang Keroknya