Awas! Beras Kembali Ancam Inflasi Indonesia

Maesaroh, CNBC Indonesia
04 October 2022 16:15
Presiden Joko Widodo secara langsung meninjau panen dan tanam padi di Desa Kanigoro, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang, dalam kunjungan kerjanya di Provinsi Jawa Timur pada Kamis, 29 April 2021.  (Biro Pers Sekretariat Presiden/Laily Rachev)
Foto: Presiden Joko Widodo secara langsung meninjau panen dan tanam padi di Desa Kanigoro, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang, dalam kunjungan kerjanya di Provinsi Jawa Timur pada Kamis, 29 April 2021. (Biro Pers Sekretariat Presiden/Laily Rachev)

Masuknya beras sebagai salah satu penyumbang utama inflasi dalam dua bulan beruntun yakni Agustus dan September memutus tren positif beras yang sudah berlangsung beberapa tahun terakhir.

Sepanjang 2018-2021, hanya sekali beras masuk dalam 10 penyumbang inflasi tahunan yakni pada 2018. Pada tahun tersebut, harga beras menjadi penyumbang inflasi terbesar kedua setelah bensin. Lonjakan inflasi beras pada 2018 disebabkan adanya gangguan cuaca ekstrem.

Inflasi Indonesia pernah menjulang pada 2010 karena lonjakan harga beras. Inflasi pada 2010 tercatat 6,96% di mana beras menjadi penyumbang utama dengan kontribusi 1,29%.
Harga beras melonjak karena ada anomali cuaca. Harga beras bahkan melamungkan inflasi kelompok volatile hingga menyentuh 17,74% pada 2010.
 

Data BS menuunjukkan pada lima tahun terakhir (2017-2021), rata-rata harga beras di level grosir naik 4,84% dari Rp 11.534,93 per kg pada 2017 menjadi Rp 12.094,00 per kg pada 2021.

Terkendalinya harga beras salah satunya disebabkan oleh memadainya produksi komoditas tersebut.

produksi pada 2021 tercatat 54,42 juta ton gabah kering giling (GKG), turun 0,43% dibandingkan pada 2020 (54,65 juta ton). Pada 2019, produksi padi mencapai 54,60 juta ton.

Kendati produksi turun atau hanya naik tipis, konsumsi beras cenderung stagnan sehingga stok mencukupi. Pada 2021, produksi beras untuk konsumsi pangan penduduk mencapai 31,33 juta ton di tahun 2021. Sementara itu, pada tahun 2020 sebesar 31,50 juta ton dan 2019 sebanyak 31,31 juta ton.

Tercukupinya produksi beras membuat Indonesia mendapatkan penghargaan dari International Rice Research Institute (IRRI). Penghargaan itu diberikan atas keberhasilan sistem ketahanan pangan Indonesia dalam hal swasembada beras.

Produsen beras globalFoto: WEF
Produsen beras global

Penghargaan yang diberikan pada pertengahan Agustus lalu juga menandai baiknya untuk sistem pertanian dan pangan yang tangguh dan swasembada beras tahun 2019-2021 melalui penerapan inovasi teknologi pertanian.

Merujuk data World Economic Forum (WEF) pada 2019, Indonesia merupakan produsen terbesar beras ketiga di dunia. Total produksi beras mencapai 211,4 juta ton sementara India sebesar 177,6 juta ton kemudian Indonesia (54,6 juta ton).


Namun, konsumsi beras yang sangat besar membuat China dan Indonesia tidak mampu menjadi eksportir utama. 
Eksportir terbesar beras di dunia masih diduduki India, Vietnam, dan Thailand.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(mae)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular