Internasional

IMF Teriak Krisis Inggris, Bakal Makin Ngeri?

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Rabu, 28/09/2022 09:50 WIB
Foto: Inggris. (Getty Images/Dan Kitwood)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional (IMF) secara terbuka mengkritik strategi ekonomi baru Inggris. Kritikan ini dilontarkan terhadap langkah London dalam menangkal krisis biaya hidup yang membelit saat ini.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Kwasi Kwarteng berencana untuk menerbitkan utang baru sebesar 72 miliar pound atau Rp 117 triliun demi mendukung rumah tangga dan bisnis dari mahalnya biaya energi. Pinjaman ini nantinya akan mengkompensasi proposal pemotongan pajak yang direncanakan dan digunakan untuk memuluskan beberapa program pemulihan ekonomi Perdana Menteri (PM) Liz Truss.

Di sisi lain, Bank of England berencana untuk memberikan kenaikan suku bunga 'signifikan' ketika pertemuan berikutnya pada bulan November. Ini dilakukan saat inflasi di negara itu belum bisa dikendalikan.


IMF mencatat bahwa proposal Kwarteng itu kemungkinan akan meningkatkan "ketidaksetaraan". Pasalnya, ini bertentangan dengan kebijakan moneter yang telah diambil Bank of England.

"Mengingat tekanan inflasi yang meningkat di banyak negara, termasuk Inggris, kami tidak merekomendasikan paket fiskal besar dan yang tidak bertarget pada saat ini," kata juru bicara IMF kepada Reuters, dikutip Rabu (28/9/2022).

"Karena penting bahwa kebijakan fiskal tidak bekerja dengan tujuan yang bertentangan dengan kebijakan moneter ... Kami memantau dengan cermat perkembangan ekonomi baru-baru ini di Inggris dan terlibat dengan pihak berwenang," tambahnya.

Sebelumnya, rencana Kwarteng ini pun ditanggapi negatif oleh pasar. Nilai mata uang pound pada Senin siang ambruk hingga 4,37% ke US$ 1.0382/GBP.

Ini adalah rekor terlemah poundsterling. Sebelumnya mata uang itu berada di US$ 1,0520/GBP yang tercatat pada 26 Februari 1985.

Perlu diketahui, Inggris saat ini mengalami kondisi krisis biaya hidup yang parah, didorong oleh kenaikan harga energi dan pangan yang berakibat pada inflasi. Pada Agustus 2022, tingkat inflasi di negara itu masih berada di level 9,9%.

Hal ini juga kemudian telah membuat warga mulai kesulitan dalam mendapatkan pangan. Sebuah laporan terbaru menyebut bahwa anak-anak yang kelaparan bahkan mengunyah penghapus karet atau bersembunyi di taman bermain saat berada di sekolah karena keluarga mereka tak mampu menyediakan makan siang.

Selain itu, ada sejumlah besar wanita Inggris yang memutuskan untuk menjadi pekerja seks komersial (PSK). Data terbaru English Collective of Prostitution, yang dikutip akhir bulan lalu, di awal musim panas negara itu saja, pada Juni dan berakhir September, ada tambahan jumlah PSK hingga 1/3.

Pemerintahan Truss sendiri masih mencoba untuk menyelesaikan krisis ini. Ia berencana menerapkan subsidi energi untuk membatasi tagihan energi rumah tangga tahunan di angka 2.500 pound atau Rp 42,7 juta per tahun.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Inflasi Inggris Betah di Level Tinggi Pada Mei 2025