Internasional

Ada 'Kiamat' Poundsterling, Begini Dampaknya ke Warga Inggris

News - Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
27 September 2022 13:05
A shopper stands in front of empty shelves in the meat aisle of a supermarket in Liverpool, Britain, September 20, 2021. REUTERS/Phil Noble Foto: Seorang pembeli berdiri di depan rak kosong di lorong daging sebuah supermarket di Liverpool, Inggris (20/9/2021). (REUTERS/Phil Noble)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai mata uang Inggris, poundsterling, ambruk hingga menyentuh rekor terlemah sepanjang sejarah melawan dolar Amerika Serikat (AS), Senin (26/9/2022). Hal ini dapat memperparah krisis biaya hidup yang saat ini dialami Negeri Raja Charles itu.

Poundsterling kemarin siang sempat ambruk hingga 4,37% ke US$ 1.0382/GBP. Rekor terlemah poundsterling sebelumnya berada di US$ 1,0520/GBP yang tercatat pada 26 Februari 1985.

Think tank Institute for Public Policy Research (IPPR) mengatakan penurunan pound akan memperburuk inflasi dan memperpanjang biaya krisis hidup. Pasalnya, jatuhnya pound akan membuat impor bahan energi dan pangan ke negara itu semakin mahal.

"Mengingat bahwa Inggris mengimpor banyak produk, ketika nilai tukar turun, barang-barang itu menjadi lebih mahal. Ini akan sangat mengkhawatirkan untuk kebutuhan pokok seperti makanan, yang sudah banyak berkontribusi terhadap inflasi," ujar Kepala Pusat Keadilan Ekonomi di IPPR, George Dibb kepada Independent, Senin (25/9/2022).

"Perlu diingat bahwa ini terjadi sebagai konsekuensi langsung dari kebijakan ekonomi pemerintah - ini adalah pilihan."

Inggris sendiri saat ini memang mengalami kondisi krisis biaya hidup yang parah. Ini didorong oleh kenaikan harga energi dan pangan yang berakibat pada inflasi.

Pada Agustus 2022, tingkat inflasi di negara itu masih berada di level 9,9%.

Hal ini juga kemudian telah membuat warga mulai kesulitan dalam mendapatkan pangan. Sebuah laporan terbaru menyebut bahwa anak-anak yang kelaparan bahkan mengunyah penghapus karet atau bersembunyi di taman bermain saat berada di sekolah karena keluarga mereka tak mampu menyediakan makan siang.

Selain itu, ada sejumlah besar wanita Inggris yang memutuskan untuk menjadi pekerja seks komersial (PSK). Data terbaru English Collective of Prostitution, yang dikutip akhir bulan lalu, di awal musim panas negara itu saja, pada Juni dan berakhir September, ada tambahan jumlah PSK hingga 1/3.

Pemerintah sendiri masih mencoba untuk menyelesaikan krisis ini. Perdana Menteri (PM) Liz Truss berencana menerapkan subsidi energi untuk membatasi tagihan energi rumah tangga tahunan di angka 2.500 pound atau Rp 42,7 juta per tahun.

Dalam melaksanakannya, Truss akan menebar bantuan hingga 100 miliar pound atau setara Rp 1.700 triliun. Dana ini nantinya akan mengkompensasi harga gas dan bahan bakar lainnya yang dibayarkan perusahaan energi untuk menghasilkan tenaga listrik.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Berkelit dari Krisis, Inggris Potong Pajak Besar-besaran


(luc/luc)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading