Ekonomi RI Membaik di Saat Ada 'Awan Gelap', Ini Rahasianya!

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
25 September 2022 20:30
Presiden Joko Widodo bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani mengikuti rapat tertutup di Istana Kepresidenan Jakarta. (Foto: Lukas - Biro Pers Sekretariat Presiden)
Foto: Presiden Joko Widodo bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani mengikuti rapat tertutup di Istana Kepresidenan Jakarta. (Foto: Lukas - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, di tengah adanya awal tebal dan gelap, namun pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi di Indonesia dalam kinerja yang baik.

Awan tebal dan gelap yang dimaksud Sri Mulyani adalah sentimen-sentimen negatif di perekonomian global yang mengancam perekonomian Indonesia.

"Kinerja pertumbuhan ekonomi dan inflasi ini memberikan landasan optimisme. Namun kita harus jaga kewaspadaan tinggi karena awan tebal dan gelap," kata Sri Mulyani dalam rapat paripurna DPR di Gedung DPR RI, Jakarta akhir Agustus lalu, dikutip Minggu (25/9/2022).

Sentimen-sentimen negatif yang disampaikan Sri Mulyani mulai dari inflasi, kenaikan suku bunga, pengetatan likuiditas, hingga pelemahan ekonomi di negara maju. Tak ketinggalan ketegangan geopolitik yang mulai melanda perekonomian di Eropa, Amerika, hingga China juga jadi ancaman.

Kondisi-kondisi tersebut dinilai Sri Mulyani dapat memberikan rambatan negatif ke seluruh dunia. Contoh dampaknya mulai terjadi krisis pangan dan energi di berbagai negara akibat disrupsi rantai pasok dan kenaikan harga energi imbas perang dan ketegangan geopolitik.

Sebelumnya, Wakil Menteri Keuangan SuahasiL Nazara dalam program Economic Update, CNBC Indonesia mengungkapkan, inflasi saat ini menjadi salah satu game changer Indonesia. Beberapa jenis harga kebetulan di dalam setting Indonesia, ini beda dengan setting negara-negara lain.

Di dalam setting Indonesia, beberapa harga terutama harga energi itu harganya ditentukan oleh pemerintah, paling tidak untuk komoditas yang sangat mendasar, seperti listrik, LPG 3 kg, dan BBM terutama yang Pertalite yang merupakan konsumsi banyak sekali masyarakat.

"Kita putuskan tahun ini APBN akan membuat harga-harga tersebut kita stabilkan, artinya jangan naik. Tapi harus ada yang bayar, karena harga di internasional itu meningkat, pasti harga di dalam negeri juga meningkat. Tapi pemerintah memutuskan kita bayar, namanya membayar subsidi dan kompensasi," jelas Suahasil.

"Ibaratnya itu, ini inflasinya kita beli dengan anggaran pemerintah. Anggaran pemerintah dari mana? kita mendapat dari windfall revenue karena harga komoditas naik. Jadi ada penerimaan yang meningkat, kita pakai sebagian untuk membayar kompensasi dan subsidi tambahan, makanya total kompensasi dan subsidi itu mencapai Rp 502 triliun," lanjut Suahasil.

Optimistis Kinerja Positif

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan perbaikan ekonomi nasional terus berlanjut dengan semakin membaiknya permintaan domestik dan tetap positifnya kinerja ekspor.

Dia melihat konsumsi swasta tumbuh tinggi didukung dengan kenaikan pendapatan, tersedianya pembiayaan kredit, dan semakin kuatnya keyakinan konsumen, seiring dengan semakin meningkatnya mobilitas.

Dorongan terhadap konsumsi rumah tangga juga didukung oleh kebijakan Pemerintah yang menambah bantuan sosial untuk menjaga daya beli masyarakat, utamanya kelompok bawah, dari dampak kenaikan inflasi sebagai konsekuensi pengalihan subsidi BBM.

"Kenaikan permintaan domestik juga terjadi pada investasi, khususnya investasi nonbangunan," kata Perry dalam pemaparan hasil Rapat Dewan Gubernur BI, dikutip Minggu (25/9/2022).

Dia melanjutkan perbaikan ekonomi domestik tersebut tercermin pada perkembangan beberapa indikator dini pada Agustus 2022 dan hasil survei Bank Indonesia terakhir, seperti keyakinan konsumen, penjualan eceran, dan Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur yang terus membaik.

"Dari sisi eksternal, kinerja ekspor diprakirakan tetap baik, khususnya CPO, batu bara, serta besi dan baja seiring dengan permintaan beberapa mitra dagang utama yang masih kuat dan kebijakan pemerintah untuk mendorong ekspor CPO dan pelonggaran akses masuk wisatawan mancanegara," ungkap Perry.

Secara spasial, kinerja positif ekspor ditopang oleh seluruh wilayah, terutama Kalimantan dan Sumatera, yang tetap tumbuh kuat.

Selain itu, perbaikan ekonomi nasional juga tercermin pada kinerja lapangan usaha utama, seperti industri pengolahan, pertambangan, dan pertanian.

"Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi 2022 diprakirakan tetap bias ke atas dalam kisaran proyeksi Bank Indonesia pada 4,5-5,3%," ujarnya.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Momen Langka, Jokowi, Sri Mulyani & Airlangga Semeja dan Berbagi Tawa

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular