Internasional

Wanita Tewas Gegara Kasus Hijab, AS Sanksi Polisi Moral Iran

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Jumat, 23/09/2022 13:35 WIB
Foto: Demonstran memotong rambut mereka saat protes solidaritas dengan perempuan di Iran. (via REUTERS/VIDEO OBTAINED BY REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah memberikan sanksi kepada polisi moral Iran atas dugaan pelanggaran dan kekerasan terhadap Mahsa Amini yang tewas serta para pengunjuk rasa.

Pada Kamis (22/9/2022), Departemen Keuangan AS memberikan sanksi kepada polisi moral dan tujuh pemimpin organisasi keamanan Iran.

Mereka secara rutin dilaporkan menggunakan kekerasan untuk menekan pengunjuk rasa damai dan anggota masyarakat sipil Iran, pembangkang politik, aktivis hak-hak perempuan, dan anggota komunitas Baha'i Iran.


"Mahsa Amini adalah seorang wanita pemberani yang kematiannya dalam tahanan Polisi Moralitas merupakan tindakan kebrutalan lain oleh pasukan keamanan rezim Iran terhadap rakyatnya sendiri," kata Menteri Keuangan Janet Yellen dalam sebuah pernyataan, melansir Al Jazeera, Jumat (23/9/2022).

"Kami mengutuk tindakan tidak berbudi ini dalam istilah yang paling keras dan menyerukan kepada pemerintah Iran untuk mengakhiri kekerasannya terhadap perempuan dan tindakan keras yang sedang berlangsung terhadap kebebasan berekspresi dan berkumpul," tambahnya.

Sanksi AS pada Kamis akan membekukan aset individu dan entitas yang ditargetkan di negeri Paman Sam dan membuatnya ilegal bagi warga Amerika untuk melakukan bisnis dengan mereka.

Sebelumnya, Amini ditangkap oleh polisi moral di kota Teheran pada 13 September 2022. Ia diduga tidak menutup rambut secara sempurna dengan hijab sehingga bagian rambutnya terlihat.

Saat ditangkap, Amini dilaporkan koma setelah jatuh pingsan di tahanan dan meninggal tiga hari kemudian di rumah sakit. Polisi moral membantah bahwa anggota mereka memukul kepala Amini dengan tongkat atau membenturkan kepalanya ke mobil polisi.

Kepala polisi Teheran, Brigadir Jenderal Hossein Rahimi, membenarkan bahwa Amini ditahan karena mengenakan celana ketat dan mengenakan jilbab dengan tidak benar, tetapi klaim bahwa dia diperlakukan tidak baik adalah "sepenuhnya salah".

"Tuduhan pengecut telah dilontarkan terhadap polisi, yang akan kami tunda pada hari penghakiman, tetapi apakah mungkin untuk menutup keamanan masyarakat?" tanya Rahimi.

Akibat kematian Amini, perempuan-perempuan di Iran dan di negara lain membuat gerakan protes dengan membakar cadar dan hijab mereka, sementara beberapa memotong rambut mereka sebagai tantangan langsung kepada para pemimpin ulama.

Kematian Amini telah menyalakan kembali kemarahan atas banyak isu, termasuk pembatasan kebebasan pribadi di Iran, di mana ada otoritas memberlakukan aturan berpakaian yang ketat untuk masyarakat perempuan.

Media dan pejabat Iran melaporkan setidaknya enam pengunjuk rasa telah tewas hingga saat ini, serta seorang petugas polisi dan dua anggota milisi pro-pemerintah. Namun, kelompok aktivis mengatakan jumlah korban tewas lebih tinggi.

NetBlocks juga melaporkan kehilangan konektivitas skala nasional pada penyedia telepon seluler utama Iran dan jaringan perusahaan lain.


(tfa/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Iran Bantah Klaim AS Soal Berhasil Hancurkan Pusat Nuklir