Begini Rencana RI Soal Biaya MRT Fase 2 Bengkak Jadi Rp25,3 T
Jakarta, CNBC Indonesia - Pembangunan MRT Fase II dari Bundaran HI-Kota Tua mengalami pembengkakan biaya menjadi Rp 25,3 triliun dari Rp 22,6 triliun. Namun saat ini manajemen MRT Jakarta belum berencana menambah pinjaman dari Japan International Cooperation Agency (JICA).
Direktur Konstruksi MRT Jakarta (Perseroda) Silvia Halim menjelaskan penandatanganan loan dari JICA dilakukan secara bertahap atau yang disebut slice loan. Di mana penandatangan sudah dilakukan sebelumnya sejak 2018.
"Apakah ada tambahan loan lagi? Jawabannya belum nih. Karena dia (JICA) melihat sesuai kebutuhan. Mungkin dia nanti akan datang kembali untuk melakukan evaluasi slice loan ketiga di 2024, estimasinya baru ketahuan. Riilnya bener gak sih, betul tambah segitunya, as compared Rp 22,5 triliun," kata Silvia dalam Forum Jurnalis MRT, (20/9/2022).
Sebelumnya MRT sudah mendapatkan komitmen loan dari JICA senilai Rp 22,5 triliun pada 2018 lalu. Menurut Silvia, slice loan pertama yang sudah ditandatangani senilai Rp 8 triliun sehingga bisa dimulai pembangunan MRT Fase II.
"Sekarang kita lagi baru mau selesai evaluasi dengan JICA melakukan slice loan kedua ini di tandatangani November nanti senilai Rp 10 triliun. Tapi sekarang estimasi total masih Rp 22,5 triliun," katanya.
Sedangkan untuk slice loan ketiga yang diestimasi dilakukan pada tahun 2024 kembali dilakukan evaluasi dengan JICA untuk kebutuhan riil proyek ini. Sehingga dibutuhkan tambahan loan atau tidak masih menunggu dari evaluasi ini.
"Makanya pak Menhub (Menteri Perhubungan) bilang kalau bisa nggak tambah loan karena ada effort yang akan dilakukan sebelum we really say kita butuh tambahan," katanya.
Sebelumnya beberapa faktor penyebab pembengkakan biaya proyek MRT Fase II disebabkan perbedaan rencana jalur yang tadinya dari Bundaran HI - Kampung Bandan namun diteruskan hingga Ancol Barat. Sehingga jumlah stasiun yang dibangun juga lebih banyak.
Selain itu ada masalah kenaikan harga material bangunan sebesar 50% sejak tahun 2018, kelangkaan material semikonduktor, inflasi, hingga kenaikan harga minyak dan energi dunia.
(dce)