Covid & Perang Minggir Dulu! Ada Ancaman yang Bikin Jantungan

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
21 September 2022 08:25
'Kiamat' di Mana-mana, Dunia Gelap Tahun Depan Sungguh Nyata
Foto: Infografis/ 'Kiamat' di Mana-mana, Dunia Gelap Tahun Depan Sungguh Nyata/ Ilham Restu

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut perubahan iklim merupakan ancaman yang lebih nyata dari pandemi Covid-19 maupun gejolak politik dunia yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir.

Hal tersebut dikemukakan Sri Mulyani saat memberikan pengarahan dalam acara HSBC Summit 2022 'Powering the Transition To Net Zero' seperti dikutip CNBC Indonesia, Rabu (21/9/2022).

"Perubahan iklim adalah ancaman global yang sebenarnya yang berpengaruh pada kehidupan sosial, ekonomi dan lebih signifikan memengaruhi dunia lebih dari pandemi Covid-19," kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani menekankan target menurunkan emisi maupun netralitas karbon pada 2050 mendatang menjadi penting dan mendesak. Pasalnya, perubahan iklim dikhawatirkan akan memicu krisis yang jauh lebih 'mengerikan' dibandingkan sebelumnya.

"Kita semua menyadari perubahan iklim, atau mungkin lebih tepat disebut sebagai krisis iklim ini memberikan ancaman berat bagi umat manusia, ekonomi, sistem keuangan dan cara hidup kita," kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani mengatakan, upaya pemimpin dunia dalam mempercepat target penurunan emisi karbon memang sempat tertahan pada tahun lalu karena pandemi Covid-19. Namun, kini tak ada alasan lagi karena langkah strategis harus ditempuh.

Sri Mulyani lantas merujuk pada riset yang diterbitkan lembaga asal Swiss pada tahun lalu. Riset tersebut mengatakan, dunia akan kehilangan lebih dari 10% ekonominya apabila kesepakatan Paris tidak terpenuhi pada 2050.

"Secara bertahap, akan ada tekanan inflasi yang dapat timbul dari menurunnya gangguan rantai pasok nasional dan internasional, akibat perubahan iklim seperti banjir dan badai," kata Sri Mulyani.

Sebagai informasi, Paris Agreement merupakan perjanjian internasional yang berfokus pada penanggulangan masalah iklim global. Perjanjian ini diadopsi hampir 200 negara yang tersebar di berbagai belahan dunia, tak terkecuali Indonesia.

Kesepakatan Paris bertujuan untuk menghentikan suhu pemanasan bumi, tak lebih dari 2 derajat celcius. Setiap negara perlu memasukkan komitmen berapa banyak emisi karbondioksida yang bisa dikurangi.

Ancaman perubahan iklim juga kerap dilontarkan sejumlah pimpinan negara. Bill Gatees salah satu sosok yang mengkhawatirkan akan ada yang lebih menakutkan dari perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina saat ini.

Hal tersebut disampaikan pendiri Microsoft itu dalam wawancara terbarunya dengan New York Times. Laporan yayasan Bill & Melinda Gates Foundation mencatat kemajuan pada beberapa masalah seperti kemiskinan dan ketahanan pangan menunjukkan ketertinggalan akibat perang tersebut.

"Kita berada di tempat yang lebih buruk dari yang saya harapkan," kata Gates, dikutip dari Fox News

"Tetapi hal yang paling menakutkan dari semuanya bukanlah bahwa kita tertinggal. Kita hanya harus menerimanya. Ini adalah gangguan yang sedang berlangsung dari perang di Ukraina dari membantu negara-negara miskin dan membuat kemajuan dalam adaptasi dan mitigasi iklim," lanjutnya.

Gates juga menunjuk masalah ekonomi, yakni kemungkinan resesi global, kenaikan suku bunga yang dipicu oleh kenaikan inflasi, dan tingkat utang yang tinggi sebagai hal yang akan mengurangi pentingnya bencana perubahan iklim di mata publik.

"Itu hal yang sangat besar - apakah itu biaya pertahanan, biaya listrik, biaya pengungsi, biaya pupuk. Dengan perang di atas pandemi, dan sekarang dengan suku bunga naik, dengan tingkat utang yang tinggi di mana-mana, tetapi termasuk di Afrika, lima tahun ke depan akan menjadi tantangan hanya untuk mempertahankan perhatian dunia," katanya.

Senada dengan Bill Gates, Presiden AS Joe Biden juga pernah mengutarakan keprihatinannya terhadap pemanasan global. Ia bahkan menyebut dunia sedang diberikan 'kode merah' dan negeri Paman Sam sudah mulai kena dampak.

"Kita harus mendengarkan para ilmuwan dan ekonom dan pakar keamanan nasional. Mereka semua memberi tahu kita ini 'kode merah'," kata Biden saat mengunjungi korban badai Ida di New York dikutip AFP

Biden juga menambahkan bahwa dunia memerlukan upaya lebih dalam mengurangi emisi global. Bila tidak, presiden asal Delaware itu mengatakan bahwa bencana-bencana ini akan terus menerus terjadi dan tidak akan berhenti.

"Bencana-bencana ini tidak akan berhenti. Mereka hanya akan datang dengan frekuensi dan keganasan yang lebih banyak," tegasnya.


(cha/cha)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sri Mulyani Bawa Kabar Buruk, Lebih Ngeri Dari Covid & Perang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular