Tak Cuma Sri Mulyani, Bill Gates-Biden Juga Bawa Kabar Buruk!

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
20 September 2022 17:40
Presiden Joko Widodo bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani mengikuti rapat tertutup di Istana Kepresidenan Jakarta.

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati buka suara mengenai bahaya dampak dari perubahan iklim. Situasi saat ini sudah seperti bencana, karena perubahan iklim akan memberikan pengaruh bagi umat manusia secara keseluruhan.

Berbicara saat memberikan pengarahan dalam acara HSBC Summit 2022, Sri Mulyani menegaskan bahwa Indonesia bisa kena getah dari perubahan iklim. Sri Mulyani kemudian merujuk pada riset yang diterbitkan lembaga asal Swiss.

Riset tersebut mengatakan, dunia akan kehilangan lebih dari 10% ekonominya apabila kesepakatan Paris tidak terpenuhi pada 2050.

"Secara bertahap, tekanan inflasi dapat timbul akibat gangguan rantai pasok nasional dan internasional akibat perubahan cuaca seperti banjir dan badai," kata Sri Mulyani, seperti dikutip Selasa (19/9/2022).

Sri Mulyani menyebut situasi ini berpotensi mengakibatkan kerugian finansial yang cukup besar. Bahkan, bendahara negara menyebut hal ini dapat menurunkan tingkat produk domestik bruto (PDB) lebih ke bawah.

"Bencana alam terkait perubahan iklim memperkuat argumentasi bahwa ini harus menjadi perhatian global. Meningkatnya frekuensi dan keparahan bencana alam, telah menunjukkan potensi gangguan yang nyata bahkan merusak kemajuan dalam pembangunan ekonomi," kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani mengatakan, sejumlah indikator perubahan iklim seperti emisi gas rumah kaca, hingga tinggi permukaan laut sudah menjadi 'alarm' keras untuk setiap negara melakukan mitigasi agar dampak perubahan iklim dapat diatasi.

Sri Mulyani mencontohkan, pada periode 2010 hingga 2018, emisi gas rumah kaca sudah naik hingga 4,3% per tahun. Selain itu, suhu rata-rata saat ini meningkat 0,03 derajat celcius yang akhirnya juga berpengaruh ke Indonesia.

"Akibatnya permukaan air laut di Indonesia rata-rata naik 0,8-1,2 sentimeter per tahun. Anda bisa melihat, di bukan bagian dari pulau Jawa, banyak kota yang tenggelam." kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani mengatakan, situasi ini tentu tidak hanya berdampak pada kehidupan sosial masyarakat, melainkan juga ekonomi secara keseluruhan. PDB Indonesia, kata dia, bahkan bisa merugi hingga 45% pada 2030 jika hal ini terus berlanjut.

"Indonesia diperkirakan berpotensi memiliki kerugian ekonomi akibat krisis iklim mencapai Rp112,2 triliun atau 0,5 persen dari PDB pada tahun 2023 atau tahun depan," tegas Sri Mulyani.

"Potensi kerugian ekonomi Indonesia akibat perubahan iklim ini 0,63% hingga 45% dari PDB pada 2030," kata Sri Mulyani.

Bukan hanya Sri Mulyani, Bill Gates juga mengakui ada hal yang lebih menakutkan dari perang Rusia dan Ukraina. Hal menakutkan yang dikhawatirkan Bill Gates tak lain adalah ancaman perubahan iklim dunia.

Hal tersebut disampaikan pendiri Microsoft itu dalam wawancara terbarunya dengan New York Times. Laporan yayasan Bill & Melinda Gates Foundation mencatat kemajuan pada beberapa masalah seperti kemiskinan dan ketahanan pangan menunjukkan ketertinggalan akibat perang tersebut.

"Kita berada di tempat yang lebih buruk dari yang saya harapkan," kata Gates, dikutip dari Fox News, Selasa (20/9/2022).

"Tetapi hal yang paling menakutkan dari semuanya bukanlah bahwa kita tertinggal. Kita hanya harus menerimanya. Ini adalah gangguan yang sedang berlangsung dari perang di Ukraina dari membantu negara-negara miskin dan membuat kemajuan dalam adaptasi dan mitigasi iklim," lanjutnya.

Gates juga menunjuk masalah ekonomi, yakni kemungkinan resesi global, kenaikan suku bunga yang dipicu oleh kenaikan inflasi, dan tingkat utang yang tinggi sebagai hal yang akan mengurangi pentingnya bencana perubahan iklim di mata publik.

"Itu hal yang sangat besar - apakah itu biaya pertahanan, biaya listrik, biaya pengungsi, biaya pupuk. Dengan perang di atas pandemi, dan sekarang dengan suku bunga naik, dengan tingkat utang yang tinggi di mana-mana, tetapi termasuk di Afrika, lima tahun ke depan akan menjadi tantangan hanya untuk mempertahankan perhatian dunia," katanya.

Selain itu, Gates memperkirakan karena kenaikan biaya pupuk, Afrika akan mengalami produktivitas yang lebih rendah dalam hal pertanian karena harga di luar pasar.

"Biaya pupuk, bagaimanapun, adalah kemunduran besar, karena ketika dunia membuat lebih sedikit pupuk, siapa yang menggunakan lebih sedikit pupuk? Afrika tidak membeli pupuk sebanyak yang mereka lakukan beberapa tahun lalu," katanya.

"Jadi merekalah yang ditebus dari pasar. Dan yang terjadi adalah, itu berarti satu musim dari sekarang atau dua musim dari sekarang, tiga musim dari sekarang, produktivitas Anda sebenarnya turun dari posisi kami sekarang. sekarang. Dalam waktu dekat, ini adalah gambaran yang cukup suram untuk pertanian Afrika."

Senada dengan Bill Gates, Presiden AS Joe Biden juga pernah mengutarakan keprihatinannya terhadap pemanasan global. Ia bahkan menyebut dunia sedang diberikan 'kode merah' dan negeri Paman Sam sudah mulai kena dampak.

"Kita harus mendengarkan para ilmuwan dan ekonom dan pakar keamanan nasional. Mereka semua memberi tahu kita ini 'kode merah'," kata Biden saat mengunjungi korban badai Ida di New York dikutip AFP

Biden juga menambahkan bahwa dunia memerlukan upaya lebih dalam mengurangi emisi global. Bila tidak, presiden asal Delaware itu mengatakan bahwa bencana-bencana ini akan terus menerus terjadi dan tidak akan berhenti.

"Bencana-bencana ini tidak akan berhenti. Mereka hanya akan datang dengan frekuensi dan keganasan yang lebih banyak," tegasnya.

Dalam beberapa kesempatan sebelumnya, Biden kerap kali memasukkan agenda perubahan iklim dalam pidatonya. Bahkan ia sempat menyebutkan bahwa Jakarta juga mengalami ancaman perubahan iklim.

"Jika, pada kenyataannya, permukaan laut naik dua setengah kaki lagi, Anda akan memiliki jutaan orang yang bermigrasi, memperebutkan tanah yang subur...," ujarnya dalam sebuah pidato bulan lalu


"...Apa yang terjadi di Indonesia jika proyeksinya benar bahwa, dalam 10 tahun ke depan, mereka mungkin harus memindahkan ibu kotanya karena mereka akan berada di bawah air?"

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular