Begini Isi Kabar Buruk Bank Dunia, RI Kudu Piye?

News - Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
20 September 2022 08:25
A man is silhouetted against the logo of the World Bank at the main venue for the International Monetary Fund (IMF) and World Bank annual meeting in Tokyo October 10, 2012. REUTERS/Kim Kyung-Hoon Foto: Ilustrasi World Bank (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Dunia atau World Bank memperkirakan ekonomi dunia akan terjerumus dalam jurang resesi pada 2023. Ancaman resesi ini ditenggarai akibat kenaikan suku bunga global yang dilakukan secara agresif dalam rangka menjinakkan laju inflasi.

Tanda-tanda ini tampak jelas pada tiga ekonomi besar dunia, yakni Amerika Serikat (AS), China dan zona Euro.

"Tiga ekonomi terbesar dunia-Amerika Serikat, China, dan kawasan Eropa- telah melambat tajam," tulisnya dalam sebuah studi baru, dikutip Selasa (20/9/2022).

Terdapat tiga skenario dari hasil studi Bank Dunia ini yang bisa menyebabkan resesi ekonomi global terjadi. Bank Dunia menjelaskan, tiga skenario untuk ekonomi global 2022-2024 dianalisis menggunakan model lintas negara berskala besar.

Skenario baseline pertama, sejalan dengan konsensus perkiraan pertumbuhan dan inflasi baru-baru ini, serta ekspektasi pasar untuk suku bunga kebijakan.

"Menyiratkan bahwa tingkat pengetatan kebijakan moneter yang saat ini tidak cukup untuk mengembalikan inflasi yang rendah secara tepat waktu," tulis Bank Dunia dalam laporannya bertajuk 'Is a Global Recession Imminent?'.

Skenario kedua yang bisa menyebabkan ekonomi global mengalami resesi yaitu penurunan tajam yang mengasumsikan kenaikan ekspektasi inflasi yang memicu pengetatan kebijakan moneter oleh sejumlah bank sentral di dunia.

Dalam skenario kedua ini, Bank Dunia menjelaskan, ekonomi global masih akan lolos dari resesi pada 2023, namun akan mengalami penurunan tajam tanpa memulihkan inflasi yang rendah.

Skenario terakhir, resesi ekonomi global menurut Bank Dunia adalah adanya kenaikan suku bunga kebijakan akan memicu re-pricing risiko yang tajam di pasar keuangan global. "Mengakibatkan resesi global pada 2023," jelas Bank Dunia.

Jika perlambatan global yang sedang berlangsung berubah menjadi resesi, ekonomi global pada akhirnya dapat mengalami kerugian output permanen yang besar dibandingkan dengan tren pra-pandemi.

"Ini akan memiliki konsekuensi yang parah bagi prospek pertumbuhan jangka panjang pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang yang telah terpukul keras oleh resesi global yang disebabkan oleh pandemi pada tahun 2020," kata Bank Dunia menjelaskan.

Melihat kondisi ini, apa yang harus dilakukan Indonesia?

Bank Dunia menyarankan program ekonomi dari sisi pasokan (supply side measures).

Pemerintah negara-negara di dunia harus memperbaiki pasokan energi, mobilitas tenaga kerja dan perdagangan internasional. Bank Dunia yakin cara tersebut dapat menurunkan inflasi dan membantu meningkatkan produktivitas global dalam jangka panjang.

Perdagangan global, salah satu yang menjadi prioritas, memerlukan dukungan untuk mencegah proteksionisme dan fragmentasi yang justru akan mengganggu jaringan perdagangan.

"Koordinasi global dapat sangat membantu dalam meningkatkan pasokan makanan dan energi," jelas Bank Dunia dalam laporannya, dikutip Selasa (20/9/2022).

Untuk komoditas energi, pembuat kebijakan harus mempercepat transisi ke sumber energi rendah karbon dan memperkenalkan langkah-langkah untuk mengurangi konsumsi energi.

Selain itu, bank sentral juga harus mengkomunikasikan keputusan kebijakan dengan jelas, sambil menjaga independensi mereka. "Ini dapat membantu menopang ekspektasi inflasi dan mengurangi pengetatan yang diperlukan," tulis Bank Dunia.

Di negara maju, bank sentral harus mengingat efek limpahan lintas batas dari pengetatan moneter. Di pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang, mereka harus memperkuat peraturan makroprudensial dan membangun cadangan devisa.

Bank Dunia mengingatkan Otoritas fiskal juga perlu secara hati-hati mengkalibrasi penarikan langkah-langkah dukungan fiskal sambil memastikan konsistensi dengan tujuan kebijakan moneter.

Pembuat kebijakan juga harus menerapkan rencana fiskal jangka menengah yang kredibel dan memberikan bantuan yang ditargetkan kepada rumah tangga yang rentan.

Selain itu, Bank Dunia juga menilai pembuat kebijakan ekonomi lainnya perlu bergabung dalam perang melawan inflasi, terutama dengan mengambil langkah-langkah kuat untuk meningkatkan pasokan global.

Dalam meningkatkan pasokan global, cara yang bisa ditempuh yakni meringankan kendala pasar tenaga kerja. Langkah-langkah kebijakan perlu membantu meningkatkan partisipasi angkatan kerja dan mengurangi tekanan harga.

"Kebijakan pasar tenaga kerja dapat memfasilitasi realokasi pekerja yang dipindahkan," tulisnya.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Dapat Kabar Buruk dari Bank Dunia, RI Harus Siap-siap!


(haa/haa)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading