Internasional

Ancaman 'Kiamat' Energi di Eropa, Industri Jerman Teriak

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
16 September 2022 07:30
Bendera Jerman di Gedung Reichstag, Berlin, Jerman pada 2 Oktober 2013 (REUTERS/Fabrizio Bensch)
Foto: Bendera Jerman di Gedung Reichstag, Berlin, Jerman pada 2 Oktober 2013 (REUTERS/Fabrizio Bensch)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Jerman berencana untuk mengambil langkah-langkah penghematan energi. Hal ini dilakukan agar negara itu dapat bertahan tanpa aliran gas dari Rusia, yang biasanya menyokong gas hingga 40% kebutuhannya.

Kebijakan ini pun mulai membuat industri kimia khawatir. Salah satu yang cukup gelisah dengan manuver Berlin ini adalah produsen produk kimia terbesar dunia, BASF.

Di pabriknya di Ludwigshafen, Jerman, BASF memiliki kompleks industri seluas 10 km persegi. Di pabrik ini, BASF membuat berbagai jenis produk seperti amonia, desinfektan, cairan knalpot diesel, atau karbon dioksida untuk minuman bersoda.

Dalam menjalankan sistem produksi, BASF menjalankan prinsip verbund atau menggunakan berbagai macam material dalam produksinya. Namun, prinsip dan sistem produksi ini terancam usang setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memutuskan untuk menghentikan aliran gasnya ke Benua Biru.

Jika Jerman memang benar-benar memaksakan langkah-langkah penghematan konsumsi gas, BASF mengatakan dapat mengurangi konsumsinya sampai tingkat tertentu, dengan membatasi pabrik individu atau menukar gas untuk bahan bakar minyak pada beberapa tahap produksi.

Namun, berhubung 125 lini produksi di Ludwigshafen merupakan rantai nilai yang saling berhubungan, akan ada titik di mana penurunan pasokan gas akan menyebabkan penutupan seluruh lokasi.

"Setelah kami dapat menerima secara signifikan dan permanen kurang dari 50% dari persyaratan maksimum kami, kami perlu menutup seluruh situs," kata Juru Bicara BASF, Daniela Rechenberger, kepada The Guardian, Kamis (15/9/2022).

"Itu adalah sesuatu yang belum pernah terjadi dalam sejarah BASF, dan sesuatu yang tidak ingin dilihat oleh siapa pun di sini. Tapi kami tidak punya banyak pilihan."

Dengan penyimpanan gas Jerman 87% penuh, ada peningkatan optimisme bahwa penjatahan dapat dihindari pada musim dingin ini. Meski begitu, harga gas yang tinggi dapat memaksa perusahaan seperti BASF untuk menghentikan produksi.

Dengan sebagian besar situs verbund telah berjalan sepanjang waktu sejak tahun 1960-an, BASF mengatakan tidak jelas apakah produksi dapat dimulai kembali setelah itu atau jika penurunan tekanan akan menyebabkan beberapa mesin rusak.

Konsekuensi dari penutupan di Ludwigshafen akan berdampak luas, tidak hanya di ekonomi terbesar di Eropa tetapi juga di seluruh benua di dunia. Pasalnya, bahan kimia yang diproduksi BASF digunakan untuk membuat apa saja mulai dari pasta gigi hingga vitamin, dari insulasi bangunan hingga popok.

Salah satu dari sedikit produk akhir yang masih diproduksi BASF di Ludwigshafen adalah AdBlue yang merupakan cairan untuk mengurangi polusi udara dari mesin diesel. Ini adalah persyaratan hukum untuk kendaraan barang berat, jadi kekurangannya bisa membuat truk tak beroperasi di seluruh Eropa.

Dengan konsekuensi ini, Kepala Eksekutif BASF, Martin Brudermüller, telah menyatakan penentangannya terhadap embargo gas Rusia. Editor surat kabar Taz bahkan menggambarkannya sebagai figur yang seperti 'seorang pembakar yang membakar rumah terlebih dahulu dan kemudian mengeklaim hanya dia yang mampu memadamkannya'.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukti Terbaru Krisis Energi di Jerman, Warga Bisa Kedinginan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular