Internasional

Raksasa Eropa Terancam 'Kiamat' Baru, Jadi Karma Hukuman untuk Rusia

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
12 February 2024 21:00
Seorang karyawan berjalan melalui karya pewarna di pabrik perusahaan Tekstil
Foto: REUTERS/Michaela Rehle

Jakarta, CNBC Indonesia - Kekuasaan Jerman sebagai negara adidaya industri terancam akibat hilangnya gas alam Rusia yang murah di tengah krisis Ukraina. Ini memberikan pukulan telak bagi produsen yang berusaha tetap kompetitif dalam hal biaya.

Output industri di Jerman telah menurun sejak 2017, dan penurunan tersebut makin cepat sejak impor gas Rusia dihentikan pada 2022 sebagai hukuman bagi Moskow atas perang di Ukraina.

Melansir Russia Today yang mengutip Bloomberg, kini pabrik-pabrik berusia satu abad mulai tutup, dan perusahaan-perusahaan lain memindahkan jalur produksi ke negara-negara dengan biaya lebih rendah.

"Tidak banyak harapan, jika boleh jujur," kata Stefan Klebert, CEO pembuat mesin GEA Group AG. "Saya benar-benar tidak yakin apakah kita bisa menghentikan tren ini. Banyak hal yang harus berubah dengan sangat cepat."

Sebuah survei Federasi Industri Jerman yang dilakukan pada September 2023 lalu menunjukkan bahwa kekhawatiran terhadap keamanan dan biaya energi adalah alasan utama untuk mengalihkan investasi ke luar negeri.

Produsen bahan kimia termasuk di antara produsen yang paling terpukul oleh hilangnya gas Rusia. BASF SE, produsen bahan kimia terbesar di Eropa, dan Lanxess AG telah memangkas ribuan pekerja.

Produsen ban asal Prancis, Michelin, dan pesaingnya dari AS, Goodyear, menutup atau memperkecil ukuran pabrik mereka di Jerman. Maria Rottger, kepala regional Michelin, mengatakan bahwa biaya yang dikeluarkan terlalu tinggi bagi eksportir Jerman untuk bisa berkembang.

"Terlepas dari motivasi karyawan kami, kami telah sampai pada titik di mana kami tidak dapat mengekspor ban truk dari Jerman dengan harga bersaing. Jika Jerman tidak dapat mengekspor secara kompetitif dalam konteks internasional, negara tersebut akan kehilangan salah satu kekuatan terbesarnya," katanya.

Sementara itu, Menteri Keuangan Jerman mengakui krisis ini pada konferensi awal bulan ini. "Kami tidak lagi kompetitif. Kami semakin miskin karena tidak ada pertumbuhan. Kita tertinggal," katanya.

Perekonomian Jerman mengalami kontraksi pada kuartal keempat tahun lalu. Sebuah studi yang dilakukan oleh perusahaan konsultan Alvarez & Marsal menemukan bahwa 15% perusahaan Jerman berada dalam kesulitan, yang berarti mereka memiliki neraca yang lemah. Tingkat kesusahan di Jerman meningkat dari tingkat tahun lalu sebesar 9% dan merupakan yang tertinggi di Eropa.

Pabrikan Jerman juga terkena dampak buruk dari buruknya infrastruktur, angkatan kerja yang menua, birokrasi, melemahnya sistem pendidikan, dan meningkatnya persaingan dari China.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perang Putin di Ukraina Bikin Warga Rusia Tambah Kaya, Kok Bisa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular