Ekspor dan Impor Meledak di Agustus, September Pesta Usai?

Tim Riset CNBC Indonesia, CNBC Indonesia
15 September 2022 16:25
Pekerja dengan menggunakan alat berat melakukan bongkar muat Electric Multiple Unit (EMU) atau kereta untuk proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jumat (2/8/2022). (CNBC Indoensia/Andrean Kristianto)
Foto: Pekerja dengan menggunakan alat berat melakukan bongkar muat Electric Multiple Unit (EMU) atau kereta untuk proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jumat (2/8/2022). (CNBC Indoensia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Surplus neraca perdagangan Indonesia melesat pada Agustus tahun ini. Baik ekspor dan impor sama-sama mencatatkan rekor tertingginya sepanjang sejarah bulan lalu. Namun, kenaikan ekspor jauh di atas ekspektasi pasar.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor Indonesia pada Agustus 2022 mencapai US$ 27,91 miliar. Nilai tersebut naik 9,17% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm) dan melonjak 30,15% dibandingkan Agustus 2021 (year on year/yoy).

Pertumbuhan ekspor tersebut jauh di atas ekspektasi pasar yang memperkirakan ekspor hanya akan meningkat 19% pada Agustus tahun ini. Sementara itu, impor Agustus tercatat US$ 22,15 miliar atau naik 3,77% (mtm) dan melonjak 32,81% (yoy). Ini adalah kali pertama Indonesia membukukan impor hingga mencapai US$ 22 miliar.

Dengan demikian, neraca perdagangan pada Agustus 2022 membukukan surplus sebesar US$ 5,76 miliar. Nilai tersebut adalah yang tertinggi ketiga dalam sejarah setelah April 2022 (US$ 7,56 miliar) dan Oktober 2021 (SU$ 5,79 miliar).

Surplus perdagangan tersebut jauh di atas konsensus pasar. Polling CNBC Indonesia yang melibatkan 12 ekonom memperkirakan surplus pada Agustus hanya akan mencapai US$ 4,12 miliar.


Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan lonjakan ekspor ditopang oleh kenaikan ekspor besi dan baja, batu bara, dan minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO).

"Harga beberapa komoditas di tingkat global lebih rendah dibandingkan beberapa bulan terakhir. Nilai ekspor minyak kelapa sawit meningkat karena volume meningkat. Nilai ekspor batu bara menurun karena volumenya menurun. Harga batu bara masih tetap tinggi sejak maret 2022," tutur Setianto, dalam konferensi pers, Kamis (15/9.2022).

Pada Agustus 2022, nilai ekspor minyak kelapa sawit tercatat US $3,7 miliar. Nilai tersebut naik 33,3% (mtm) dan 6,94% (yoy). Volume ekspor minyak kelapa sawit tercatat 3,59 juta ton atau naik 65,95% (mtm) dan 6,13% (yoy).

Sementara itu, nilai ekspor batu bara tercatat US$ 4,4 miliar. Volume ekspor batu bara tercatat 32,77 juta ton, naik 10,46% (yoy) atau turun 2,03% (mtm).

Ekspor besi dan baja tercatat US$ 2,3 miliar pada Agustus 2022. Nilai tersebut naik 14,4% dibandingkan pada bulan sebelumnya. Ekspor mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya juga melonjak 21,2% dalam sebulan menjadi US$ 1,45 miliar.

Komoditas lain yang ekspornya meningkat tajam pada Agustus adalah nikel dan barang lainnya. Komoditas tersebut ekspornya melonjak 19,11% menjadi US$ 615,1 juta.

Indonesia juga mencatatkan kenaikan ekspor yang sangat signifikan dengan sejumlah negara pada Agustus 2022 dibandingkan Juli. Di antaranya adalah dengan Italia, China, dan India.

Ekspor ke Italia melonjak 28,9% (mtm) menjadi US$ 350 juta. Secara keseluruhan, ekspor Indonesia ke Uni Eropa juga meloncat 45,09% (mtm) menjadi US$ 1,18 miliar.

Ekspor ke China melesat 22,6% menjadi US$ 6,16 miliar pada Agustus 2022 sementara itu ekspor ke India naik 9,1% menjadi US$ 2,47 miliar.

Kenaikan ekspor ke China mematahkan perkiraan banyak pihak. Sebelumnya, banyak lembaga dan ekonom yang memperkirakan ekspor ke China bakal melemah karena melandainya perekonomian negara tersebut.

Di antara barang yang ekspor naiknya tajam ke China pada Agustus adalah besi baja, CPO, batu bara, dan nikel.

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Agustus 2022 mencapai US$194,60 miliar atau naik 35,42% dibanding periode yang sama tahun lalu.


Tidak hanya ekspor, impor juga terus melonjak pada Agustus 2022.  Impor terbesar masih berupa mesin/peralatan mekanis dan bagiannya mencapai US$ 2,62 miliar atau naik 13,63% (mtm). Sementara itu, impor mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya mencapai US$ 2,56 miliar atau naik 9,98%.

Impor minyak dan gas (migas) pada Agustus menembus US$ 3,7 miliar. Nilai tersebut anjlok 35,74% dibandingkan bulan sebelumnya tetapi melesat 77,44% (yoy).

Menurut golongan penggunaan barang, nilai impor barang modal melonjak 18,14% (mtm) menjadi US$ 3,5 4, barang konsumsi naik 12,27% (mtm) menjadi US$ 1,85 miliar, dan bahan baku/penolong naik 0,35% menjadi US$ 16,76 miliar.


Secara keseluruhan, nilai impor Januari-Agustus 2022 mencapai US$ 159,68 miliar atau naik 29,84% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Ekonom Sucor Sekuritas Ahmad Mikail Samuel menjelaskan meningkatnya surplus neraca perdagangan akan menopang pergerakan rupiah ke depan. Dengan ekspor dan surplus yang membesar maka transaksi berjalan Indonesia diperkirakan masih surplus 1% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal II-2022. Transaksi berjalan yang positif akan semakin meningkatkan kepercayaan pasar terhadap rupiah.

Tingginya nilai impor barang modal pada Agustus juga menjadi sinyal positif bagi pertumbuhan ekonomi ke depan.
"Impor barang modal yang lebih tinggi memberi sinyal jika aktivitas investasi akan menggerakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2022," tutur Mikail, kepada CNBC Indonesia.

Mikail memperkirakan surplus neraca perdagangan September masih bisa mencapai US$ 5 miliar seiring dengan normalisasi ekspor CPO dan meroketnya harga batu bara. Sebagai catatan, harga batu bara mencetak rekor tertinggi pada 5 September lalu di posisi US$ 463,75 per ton.

Pertumbuhan ekonomi kuartal II diperkirakan mencapai 5,2% pada kuartaL II-2022.


Senada, ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana juga mengatakan surplus besar pada Agustus akan menopang cadangan devisa dan rupiah.

Namun, Wisnu memperkirakan surplus akan mengecil pada September sejalan dengan lonjakan impor.  Impor diperkirakan akan naik sejalan dengan pemulihan ekonomi domestik sementara harga sejumlah komoditas cenderung melandai.

"Indeks kepercayaan konsumen naik 50% dalam dua bulan terakhir sementara penjualan ritel juga tumbuh. Ini menunjukan konsumsi akan naik dan impor meningkat. Ekspor mungkin akan turun karena melambatnya perekonomian global," ujarnya. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular