
Rusia-Ukraina Minggir! Perang Baru Pecah di Asia, Ni Faktanya

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertempuran baru pecah di Asia. Ini terjadi antara Azerbaijan dan Armenia di wilayah Nagorno-Karabakh.
Bentrokan sengit dilaporkan berlangsung sejak Selasa (13/8/2022) dini hari waktu setempat. Menurut AFP, pertempuran itu adalah yang terburuk sejak konflik terakhir terjadi di tahun 2020.
Perlu diketahui kedua negara ini adalah bekas republik Uni Soviet. Berikut fakta-faktanya.
Korban Tewas
Armenia mengatakan sedikitnya 49 tentaranya tewas dalam bentrokan di sepanjang perbatasan dengan Azerbaijan. Sementara Azerbaijan juga menderita korban meski tak merinci korban tewas.
Melansir Al Jazeera, dalam pidatonya di parlemen Armenia, Perdana Menteri (PM) Armenia Nikol Pashinyan menuduh Azerbaijan telah menyerang beberapa kota di Armenia. Termasuk Jermuk, Goris dan Kapan.
Azerbaijan sendiri mengatakan diserang terlebih dahulu oleh Armenia. Namun pasukannya telah membalas apa yang disebutnya "provokasi skala besar" oleh militer Armenia.
Mereka mengklaim bahwa pasukan Armenia telah berulang kali menembaki posisi militer Azerbaijan di wilayah Dashkasan, Kalbajar dan Lachin. Armenia juga menanam ranjau dan membangun stok senjata di sepanjang perbatasan.
Akar Konflik
Konflik Armenia dan Azerbaijan telah berlangsung lama di Nagorno-Karabakh. Wilayah ini terletak di dalam Azerbaijan tetapi berada di bawah kendali etnis Armenia.
Konflik muncul pertama di tahun 1994. Etnis Armenia yang mendominasi populasi mendapat dukungan pemerintah Yerevan.
Pertempuran paling berdarah terjadi tahun 2020. Ini menewaskan lebih dari 6.500 orang dalam waktu kurang dari enam minggu.
Azerbaijan berhasil memenangkan kembali petak-petak wilayah di dalam dan sekitar kantong itu. Perang berakhir setelah Rusia, yang memiliki pangkalan militer di Armenia, menengahi kesepakatan damai pada November tahun itu dan mengerahkan hampir 2.000 penjaga perdamaian.
Di bawah kesepakatan itu, Armenia menyerahkan sebagian besar wilayah yang telah dikuasainya sejak 1990-an. Tetapi kedua belah pihak sejak itu menuduh satu sama lain melakukan pelanggaran reguler terhadap perjanjian tersebut.
Iran-Rusia-AS-Turki-Eropa
Iran dan Rusia mengimbau Armenia dan Azerbaijan untuk menahan diri. Keduanya diminta melakukan gencatan senjata.
Wilayah ini adalah sebuah kantong yang terletak di dalam Azerbaijan tetapi sebagian besar dihuni oleh etnis Armenia.
"Iran menyerukan untuk menahan diri dan penyelesaian damai perselisihan antara kedua negara, dan menyatakan keprihatinannya atas meningkatnya ketegangan," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanani, dalam sebuah pernyataan.
Rusia pun mengatakan pihaknya telah merundingkan gencatan senjata antara bekas Soviet Armenia dan Azerbaijan. Ini akan dimulai pukul 9.00 waktu Moskow.
"Kami berharap kesepakatan yang dicapai sebagai hasil mediasi Rusia mengenai gencatan senjata mulai pukul 9.00 waktu Moskow pada 13 September tahun ini akan dilaksanakan secara penuh," tegas kementerian luar negeri di Moskow dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa mereka sangat prihatin dengan pertempuran tersebut.
Sementara Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan sangat prihatin dengan laporan serangan di sepanjang perbatasan kedua negara tersebut. Dia pun menyerukan agas permusuhan segera diakhiri.
"Seperti yang telah lama kami jelaskan, tidak akan ada solusi militer untuk konflik tersebut," kata Blinken dalam sebuah pernyataan, dilansir Reuters.
"Kami mendesak diakhirinya permusuhan militer segera."
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu juga mengatakan dia telah mengadakan pembicaraan dengan rekannya dari Azerbaijan mengenai "provokasi Armenia". Pemerintahan Recep Tayyip Erdogan diketahui adalah sekutu Azerbaijan.
"Armenia harus menghentikan provokasinya dan fokus pada negosiasi damai dan kerja sama dengan Azerbaijan," kata Cavusoglu di Twitter.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa (UE) juga menyerukan "penghentian segera permusuhan" antara Armenia dan Azerbaijan.
"Sangat penting bahwa permusuhan dihentikan dan kembali ke meja perundingan. Semua pasukan harus kembali ke posisi yang dipegang sebelum eskalasi ini dan gencatan senjata harus dihormati sepenuhnya," kata Josep Borrell dalam sebuah pernyataan.
Dia menambahkan bahwa utusan khusus UE sedang dikirim ke kawasan itu untuk mendukung de-eskalasi yang diperlukan. Termasuk untuk membahas langkah selanjutnya dalam proses dialog Brussels antara para pemimpin Armenia dan Azerbaijan.
(tfa/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Ancaman Perang Baru di Asia, Rusia Turun Tangan
