Internasional

Ada Ancaman Perang Baru di Asia, Rusia Turun Tangan

luc, CNBC Indonesia
19 January 2023 16:00
Protesters gather near the parliamentary building during a protest against an agreement to halt fighting over the Nagorno-Karabakh region, in Yerevan, Armenia, Wednesday, Nov. 11, 2020. Thousands of people flooded the streets of Yerevan once again on Wednesday, protesting an agreement between Armenia and Azerbaijan to halt the fighting over Nagorno-Karabakh, which calls for deployment of nearly 2,000 Russian peacekeepers and territorial concessions. Protesters clashed with police, and scores have been detained. (AP Photo/Dmitri Lovetsky)
Foto: Demo terhadap kesepakatan untuk menghentikan pertempuran atas wilayah Nagorno-Karabakh, di Lapangan Kebebasan di Yerevan, Armenia, Rabu, 11 November 2020. (AP / Dmitri Lovetsky)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan pihaknya siap mengerahkan pasukan ke perbatasan Armenia-Azerbaijan untuk meredakan ketegangan antara kedua negara. Namun, posisi garis keras Yerevan, sejauh ini telah mencegahnya.

Ketegangan meningkat antara Armenia dan Azerbaijan karena blokade satu-satunya jalan yang memberikan akses langsung ke wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan Armenia dalam beberapa pekan terakhir.

Lavrov mengatakan Rusia masih siap untuk mengirim misi ke wilayah tersebut dalam kerangka Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO), sebuah aliansi militer pimpinan Moskow yang beranggotakan Armenia, tetapi bukan Azerbaijan.

Namun, desakan Yerevan sebelumnya untuk memasukkan kecaman atas perilaku Azerbaijan telah menghalangi niat tersebut.

"Kami mengalami kesulitan terkait dengan situasi di Armenia, ketika teman-teman Armenia kami mendorong perlunya mengirim misi CSTO ke perbatasan dengan Azerbaijan untuk memastikan stabilitas di sana," kata Lavrov, dilansir Reuters, Kamis (19/1/2023).

"Kami menyetujui sebuah dokumen dan parameter misi ... tetapi tidak mungkin untuk menerimanya karena Armenia mulai bersikeras bahwa dokumen tersebut berisi kecaman terhadap Azerbaijan."

Perlu diketahui, Rusia adalah sekutu Armenia, tetapi juga mengupayakan hubungan baik dengan Azerbaijan. Kondisi itu menjadi ujian kemampuan Rusia untuk menenangkan permusuhan di halaman belakangnya.

Di sisi lain, para pejabat di Armenia semakin marah atas penolakan Moskow untuk menggunakan pasukan penjaga perdamaiannya di wilayah tersebut untuk mengakhiri blokade, sementara Moskow mengkritik upaya Armenia untuk meminta penyelesaian dari perantara Uni Eropa.

"Terlepas dari kenyataan bahwa kita adalah sekutu...Armenia lebih suka bernegosiasi dengan Uni Eropa," kata Lavrov.

Dia mengatakan setiap kehadiran UE di kawasan itu tanpa persetujuan Baku akan menjadi kontraproduktif.

Wilayah Nagorno-Karabakh diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi dikendalikan oleh mayoritas etnis Armenia. Daerah Itu memisahkan diri dari kendali Baku dalam perang di akhir 1980-an dan awal 1990-an, saat Uni Soviet hancur.

Adapun, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken telah berbicara pada Rabu dengan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, dan keduanya membahas langkah-langkah untuk memulai kembali pembicaraan bilateral dengan Azerbaijan.

Dalam seruannya dengan perdana menteri Armenia, Blinken menyatakan keprihatinan yang mendalam atas situasi kemanusiaan yang memburuk di Nagorno-Karabakh.

Juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan dia mengharapkan Blinken untuk berbicara dengan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dalam beberapa hari mendatang.

Sementara itu, Warga Azerbaijan yang mengatakan bahwa mereka adalah aktivis lingkungan telah memblokade jalan selama lebih dari sebulan dalam apa yang mereka katakan sebagai perselisihan atas penambangan ilegal Armenia. Yerevan mengatakan mereka adalah agitator yang didukung pemerintah.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sekutu Putin Ini Kecewa, Ancam Bakal Merapat ke AS Cs

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular