RI Sempat Langka Migor, Bos Sinar Mas Beri Penjelasan

Jakarta, CNBC Indonesia - Anggota Komisi VII DPR Ramson Siagian mempertanyakan penyebab kelangkaan minyak goreng yang sempat terjadi di dalam negeri. Di bulan-bulan awal tahun 2022.
"Sangat memalukan, kita produsen CPO terbesar di dunia bisa langka minyak goreng. Ini persoalan kebijakan dan operasionalnya," kata Ramson saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII DPR dengan Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dengan produsen minyak goreng di Jakarta, Selasa (13/9/2022).
Menanggapi hal itu Irwan mengatakan, mencari penyeba kelangkaan minyak goreng akan memicu perdebatan panjang.
"Apa yang terjadi setengah tahun 2022 ini membuat kita belajar mencari kebijaksanaan publik yang pas, mengutamakan kepentingan masyarakat kecil untuk minyak goreng yang affordable," kata Direktur Utama PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (PT SMART Tbk) Irwan Tirtariyadi, Selasa (13/9/2022).
"Kami ini refinery, mempunyai 4 refinery, 2 di Jawa, 1 di Jawa Timur, 1 di Merunda, Jakarta. Lalu, 1 di Sumatera, 1 di Kalimantan. Dari dulu kami sudah set up, 2 yang di Jawa itu 90% diutamakan untuk pasar domestik, dan 2 yang di Sumatera dan Kalimantan kita tujuan untuk pasar ekspor. Dan, nggak berubah," lanjut Irwan.
"Tadi ada hipotesa kenapa terjadi kekosongan, debatnya akan panjang sekali," kata Irwan.
Saat ditanya Ramson soal pasokan dan harga CPO ke pabrik minyak goreng Sinar Mas, menurut Irwan, berlangsung normal, tanpa kelangkaan maupun lonjakan harga.
"Yang domestik, kita selalu mengikuti DMO dan CPO yang ditetapkan pemerintah dengan berbagai jenis policy yang terus berubah. Kita ikuti terus," kata Irwan.
Sepanjang 6 bulan pertama tahun 2022, kata dia, perusahaan sudah menyalurkan sekitar 130 ribu ton minyak goreng.
"Dan, sampai sekarang pun nggak berubah, tetap seperti itu, yang di Jawa domestik," imbuh Irwan.
"Saya kira, sekarang sudah lebih baik, kita sudah mulai ketemu. Itu yang harus fokus ke depan, meng-improve SIMIRAH ini demi kepentingan nasional. Mengekspor devisa, dan memproteksi masyarakat mendapatkan minyak goreng yang terjangkau tetap tercapai," pungkas Irvan.
Seperti diketahui, di sekitar bulan Februari-Maret 2022, kelangkaan minyak goreng terjadi di Indonesia. Sebelum kemudian pemerintah membebaskan harga minyak goreng kemasan bermerek ke mekanisme keekonomian pasar per 17 Maret 2022.
Dalam semalam, minyak goreng yang sebelumnya gaib, langsung membanjiri rak-rak minyak goreng di toko-toko ritel modern dan pasar. Namun, dengan harga yang melambung, bahkan sempat tembus Rp57.000 per kemasan pouch 2 liter.
Diawali dengan kenaikan harga minyak goreng hingga kemudian Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan Menteri Perdagangan (Mendag) kala itu Muhammad Lutfi agar segera menangani tren kenaikan harga minyak goreng.
Lutfi kemudian menetapkan kebijakan minyak goreng 1 harga, Rp14.000 per liter secara nasional. Kebijakan itu kemudian tidak mampu meredam harga, hingga kemudian diberlakukan harga eceran tertinggi minyak goreng, bervariasi Rp11.500 sampai Rp14.000 per liter, untuk curah, minyak goreng kemasan sederhana, dan kemasan premium.
Hanya saja, kebijakan itu kemudian berujung pada kelangkaan minyak goreng di pasar domestik. Pada saat bersamaan, harga minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO) di pasar internasional terus menanjak. Terutama sejak perang Ukraina-Rusia pecah.
[Gambas:Video CNBC]
Lambat Turunnya! Segini Harga Minyak Goreng Hari Ini
(dce/dce)