AS-China Panas, Bos Pengusaha Akui RI Dapat Rezeki Nomplok
Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman mengatakan, Indonesia justru diuntungkan pandemi dan tensi geopolitik yang saat ini terjadi di berbagai negara. Termasuk, ketegangan AS-China yang memanas.
Terbukti, kata dia, industri makanan dan minuman olahan Indonesia masih bisa mencetak kinerja positif. Meski, memang masih di bawah kondisi normal sebelum pandemi Covid-19.
Seperti diketahui, industri makanan dan minuman olahan nasional cetak pertumbuhan 3,68% secara tahunan pada kuartal-II tahun 2022. Lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahunan pada kuartal-II tahun 2021 yang tercatat naik 2,95%.
"Industri makanan dan minuman memang masih tumbuh positif meski belum normal seperti biasanya, yang bisa tumbuh di batas PDB, bisa 7-10%. Tapi, kita tetap bersyukur karena permintaan tetap meningkat, baik lokal maupun ekspor," kata Adhi kepada Profit CNBC Indonesia, Selasa (13/9/2022).
"Kita diuntungkan geopolitik, adanya persaingan negara besar seperti AS-China, dan pembatasan ekspor beberapa negara, Indonesia mendapatkan kenaikan permintaan," tambah Adhi.
Adhi menjelaskan, tensi geopolitik dan pembatasan ekspor pangan menyebabkan volume perdagangan makanan dan minuman global terbatas. Hal itu, katanya, menyebabkan setiap negara berusaha mencari sumber pasokan yang bisa mengisi kebutuhan yang terganggu akibat pembatasan dan tensi geopolitik tadi.
Dia mencontohkan, saat Indonesia sempat menutup keran ekspor minyak goreng dan bahan bakunya pada 28 April - 20 Mei 2022. Menyebabkan masyarakat di Eropa kalang kabut akibat krisis pasokan minyak goreng dan margarin. Yang merupakan produk turunan minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO).
CPO dan turunannya, kata Adhi, masih jadi penyumbang utama kinerja positif ekspor makanan dan minuman olahan Indonesia.
"Daya saing Indonesia bukan istimesa atau terbaik. Tapi, di masa pandemi dan tensi geopolitik, yang terpenting adalah ketersediaan. Bisa menyediakan kebutuhan di dalam negerinya. Seperti saat kita melarang ekspor CPO dan turunannya, di Eropa kebingungan," ujar Adhi.
Sebelumnya, Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste Satu Kahkonen mengatakan, perang antara Rusia dan Ukraina mendongkrak harga komoditas. Dan, Indonesia menikmatinya.
"Indonesia telah diuntungkan dalam jangka pendek dari rejeki nomplok (windfall) dalam pendapatan komoditas, harga mulai naik dan pembiayaan asing menjadi lebih ketat," jelas Kahkonen dalam sebuah webinar, Rabu (22/6/2022).
(dce/dce)