BBM Effect! Pengusaha Makanan Tunda Harga Naik, Ini Sebabnya

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
08 September 2022 16:05
Karyawan menempelkan stiker produk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang di jual di M Blok Market, Jakarta, Rabu (17/3/2021). M Blok market merupakan toko swalayan yang menjula 80 persen berbagai produk buatan dalam negeri dalam rangka mendukung program pemerintah dan mendukung kemudahan berusaha bagi UMKM.   (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Mini Market Penjual Produk UMKM di M Blok Market, Jakarta,. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Produsen makanan dan minuman olahan mengaku belum berencana menaikkan harga meski ada kenaikan harga BBM. Pasalnya, pengusaha menunggu hingga keputusan upah tahun 2023 ditetapkan. 

Pasalnya, kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman, industri khususnya skala menengah-besar tidak bisa serta merta menaikkan dan menurunkan harga.

"Kita harus bicara dengan pihak terkait, vendor dan lainnya," kata Adhi kepada CNBC Indonesia, Kamis (8/9/2022).

Selain itu, biaya BBM nonsubsidi untuk industri seperti solar B30 cenderung mengalami penurunan harga dibanding awal tahun ini, akibatnya biaya produksi bisa lebih ditekan. Pelaku usaha juga mempertimbangkan daya beli masyarakat juga kian melemah.

"Karena pertimbangan itu, banyak perusahaan menengah besar memilih untuk nggak menaikkan harga terlebih dahulu, tapi efisiensi. Mungkin akan kurangi margin, atau profit," sebut Adhi.

Meski demikian, bukan tidak mungkin nantinya industri makanan dan minuman menaikkan harga jual produk, namun kemungkinan baru akan terjadi beberapa waktu ke depan. Pengusaha juga bakal memperhitungkan nilai upah minimum provinsi (UMP) dalam penentuan harga produk akhirnya.

"Sekaligus nanti ada pertimbangan UMP, biasanya di awal tahun. Itu jadi pertimbangan kita. Kita lihat inflasi berapa dan sebagainya. [kenaikan berbarengan UMP?] iya, biasanya seperti itu," sebut Adhi.

Sementara itu Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Apindo DKI Jakarta Nurjaman juga menyebut pengusaha belum menaikkan harga produk. Ia mengindikasikan bahwa harga produk yang tersebar di ritel saat ini merupakan stok lama.

Pelaku usaha juga 'galau' untuk menentukan berapa besaran harganya.

"Masih berpikir. Dari kami belum menaikkan dulu karena masih menghitung. Ngga otomatis naikkan harga, mesti hitung-hitung dulu. Dunia usaha ngga jahat, ketika BBM naik langsung, nggak. Kita masih hitung untung apa rugi. Akan ditanggung pengusaha dulu. Kita masih hitung-hitung dulu, tapi ini akan terjadi," jelas Nurjaman.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article AS-China Panas, Bos Pengusaha Akui RI Dapat Rezeki Nomplok

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular