
Lembaga Asing Ini Warning RI: 'Badai Besar' Segera Datang!

Andrew Wood, Direktur Sovereign & International Public Finance Ratings, mengingatkan ekspor selama ini memang telah menopang rupiah. Namun, pengetatan suku bunga acuan di level global bisa memicu outflow dan menekan nilai tukar rupiah.
Sebagai catatan, bank sentral AS The Federal Reserve (the Fed) telah menaikkan suku bunga sebesar 225 pada tahun ini. Bank sentral Eropa juga sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 125 bps. Bank Indonesia sendiri sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada Juli lalu menjadi 3,75%.
Berdasarkan data Bank Indonesia, investor asing tercatat melakukan jual neto Rp 131,96 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN) pada 1 Januari-2 September 2022. Namun, di pasar saham, asing masih mencatatkan beli neto Rp 66,06 triliun.
"Ada risiko dari dari capital outflow yang lebih besar selama the Fed melakukan pengetatan moneter," tutur Andrew.
S&P juga mengingatkan risiko beban bunga utang yang ditanggung pemerintah akibat meningkatnya penarikan utang selama pandemi Covid-19.
"Beban bunga mungkin akan bertahan lama dan terus meningkat karena adanya kenaikan suku bunga acuan dan meningkatnya utang," ujar Andrew.
Dia memperkirakan pembayaran bunga utang akan memakan 15$ penerimaan negara untuk beberapa tahun ke depan.
Menurut catatan Kementerian Keuangan, posisi utang pemerintah pada akhir Juni 2022 mencapai Rp 7.123,62 triliun, melonjak dibandingkan Februari 2020 atau sebulan sebelum pandemi yang tercatat Rp 4.948,18 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)[Gambas:Video CNBC]