Internasional

Australia Sudah "Kiamat" Pekerja, Suku Bunga KPR Menggila!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 September 2022 13:50
Philip Lowe
Foto: REUTERS/Jason Reed

Belum selesai masalah tenaga kerja, dunia usaha Australia dihadapkan dengan suku bunga tinggi. Hal ini tentunya menyulitkan ekspansi.

Bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) sesuai prediksi mengerek suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin menjadi 2,35% pada Selasa (6/9/2022).
Pasar sudah memperkirakan RBA akan menaikkan suku bunga menjadi 2,35%, tertinggi sejak Desember 2014, guna meredam inflasi.

Tetapi, Gubernur RBA, Philip Lowe, mengatakan ke depannya suku bunga akan terus dinaikkan.

"Anggota dewan gubernur memperkirakan dalam beberapa bulan ke depan suku bunga akan kembali dinaikkan. Besar dan waktu kenaikan akan tergantung dari rilis data ekonomi, dan penilaian anggota dewan terhadap outlook inflasi dan pasar tenaga kerja," kata Lowe.

Selain membebani dunia usaha, konsumen juga akan terbebani. Suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) juga membengkak, yang membebani rumah tangga.

Berdasarkan perhitungan RateCity, jika perbankan ikut menaikkan suku bunga KPR maka akan menjadi sebesar 7,27%, dibandingkan sebelum RBA mulai menaikkan suku bunga pada Mei lalu sebesar 6,27%.

Untuk KPR senilai AU$ 300.000, maka tambahan biaya bunga yang harus dibayar menjadi sekitar AU$ 200.

Ke depannya, tentu suku bunga KPR akan terus menanjak, sebab RBA sudah mengindikasikan akan kembali menaikkan suku bunga.

Kemudian, semakin tinggi suku bunga, maka risiko resesi Australia akan semakin besar.

"Banyak bank sentral saat ini mandatnya pada dasarnya berubah menjadi tunggal, yakni menurunkan inflasi. Kredibilitas kebijakan moneter merupakan aset yang sangat berharga yang tidak boleh hilang, sehingga bank sentral akan agresif menaikkan suku bunga," kata Rob Subbraman, kepala ekonom Nomura dalam acara Street Signs Asia CNBC International, Selasa (5/7/2022).

Subbraman memproyeksikan dalam 12 bulan ke depan zona euro, Inggris, Jepang, Australia, Kanada dan Korea Selatan juga akan mengalami resesi.

"Kenaikan suku bunga yang agresif artinya kita melihat kebijakan front loading. Dalam beberapa bulan kami telah melihat risiko resesi, dan sekarang beberapa negara maju benar-benar jatuh ke jurang resesi," tambah Subbraman.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular