
Sinyal Resesi Terpantau, Dolar Australia Jeblok!

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia jeblok 3 hari beruntun melawan rupiah pada perdagangan Jumat (2/9/2022). Nilainya kini di bawah Rp 10.100/AU$.
Melansir data Refinitiv, dolar Australia pada perdagangan Kamis kemarin jeblok 0,52%, dan hari ini turun 0,16% ke Rp 10.080/AU$.
Tanda-tanda resesi di Australia semakin terlihat. Belanja modal swasta Australia di kuartal II-2022 turun 0,3% dari kuartal sebelumnya.
Ketika belanja modal turun, artinya ekspansi dunia usaha melambat, risiko resesi pun meningkat.
Australia menjadi salah satu negara yang diperkirakan akan mengalami resesi akibat tingginya inflasi, serta kebijakan bank sentralnya (Reserve Bank of Australia/RBA) yang agresif menaikkan suku bunga.
"Banyak bank sentral saat ini mandatnya pada dasarnya berubah menjadi tunggal, yakni menurunkan inflasi. Kredibilitas kebijakan moneter merupakan aset yang sangat berharga yang tidak boleh hilang, sehingga bank sentral akan agresif menaikkan suku bunga," kata Rob Subbraman, kepala ekonom Nomura dalam acara Street Signs Asia CNBC International, Selasa (5/7/2022).
Subbraman memproyeksikan dalam 12 bulan ke depan zona euro, Inggris, Jepang, Australia, Kanada dan Korea Selatan juga akan mengalami resesi.
"Kenaikan suku bunga yang agresif artinya kita melihat kebijakan front loading. Dalam beberapa bulan kami telah melihat risiko resesi, dan sekarang beberapa negara maju benar-benar jatuh ke jurang resesi," tambah Subbraman.
RBA di bawah pimpinan Philip Lowe pada bulan lalu menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 1,85% tertinggi dalam 6 tahun terakhir. RBA sudah menaikkan suku bunga dalam 4 bulan beruntun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Perry Warjiyo Bakal Dua Periode, Cek Rupiah Pagi Ini