
BBM Naik, Harga Sembako Bisa Segini! Ngeri...

Inflasi kelompok volatile juga tercatat sangat tinggi pada 2013 di mana pemerintah menaikkan harga BBM sebesar 30% pada Juni. Inflasi kelompok volatile food pada 2013 tercatat sebesar 11,8%, jauh di atas inflasi umumnya yakni 8,38%.
Pada Juni 2013, inflasi volatile menyentuh 1,18% (mtm), di atas inflasi umum (1,035). Pada Juli 2013 melonjak menjadi 6,07% (mtm), melampui inflasi umum nya 3,29% (mtm)
Lonjakan harga pangan pada 2013 terutama terjadi akibat pembatasan kuota impor di tengah kondisi produksi domestik yang juga belum memadai. Bawang putih, bawang merah, can cabai adalah beberapa komoditas yang harganya melonjak tajam.
Namun, kenaikan harga BBM juga berimbas pada inflasi volatile food. BI dalam Laporan Perekonomian 2013 menyebutkan kenaikan harga BBM menyumbang kenaikan inflasi sebesar 0,6%.
"Pada bulan Juni-Agustus 2013, tekanan kembali meningkat dipengaruhi oleh dampak lanjutan kenaikan harga BBM bersubsidi," tulis Bank Indonesia.
Pemerintah kembali menaikkan harga BBM subsidi pada November 2014. Secara keseluruhan tahun, inflasi kelompok pangan tercatat sebesar 10,88%, lebih rendah dibandingkan 2013 sebesar 11,83%. Namun, inflasi kelompok pangan tetap lebih tinggi dibandingkan inflasi umumnya (8,36%).
Inflasi volatile food juga langsung melambung dari 0,24% (mtm) pada Oktober 2014 menjadi 2,37% (mtm) pada November. Inflasi terus melonjak menjadi 3,53% pada Desember 2014.
Laju inflasi kelompok pangan masih lebih tinggi dibandingkan inflasi umum yang tercatat 1,50% (mtm) pada November 2014 dan 2,46% (mtm) pada Desember 2014.
Kenaikan harga pangan terutama dipicu oleh musim paceklik beras dan berkurangnya panen cabai.
Meskipun masih tinggi, dampak kenaikan harga BBM terhadap inflasi kelompok pangan pada 2014 relatif lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
"Dampak cost push dari kenaikan biaya angkut akibat kenaikan harga BBM bersubsidi relatif terkendali. Hal ini seiring dengan moderatnya kenaikan tarif angkutan dan keberhasilan langkah - langkah antisipatif untuk menjaga stabilitas harga," tulis Bank Indonesia dalam Laporan Perekonomian 2014.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)