
BBM Naik, Harga Sembako Bisa Segini! Ngeri...

Jakarta,CNBC Indonesia- Harga kelompok bahan pangan terancam melonjak kembali setelah sempat melandai pada Agustus. Kenaikan harga BBM akhir pekan lalu dikhawatirkan bisa mengerek inflasi kelompok pangan hingga menyentuh 15% (year on year/yoy).
Mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Rizal Ramli mengatakan kenaikan harga BBM akan membawa dampak serius terhadap harga pangan. Dampak tersebut timbul karena rentetan panjang dari imbas kenaikan harga BBM, termasuk meroketnya ongkos logistik dan transportasi.
"Dampak kenaikan harga ini mendekati 15% secara tahunan. Ini saya ngomongin inflasi makanan ya. Biaya transportasi naik dan barang juga naik. Rentetannya panjang," tutur Rizal Ramli, dalam dialog Profit di CNBC Indonesia, Senin (5/9/2022).
Inflasi kelompok volatile atau harga bergejolak menjadi momok utama Indonesia pada tahun ini. Sepanjang Maret-Juli, kelompok volatile menjadi penyumbang utama inflasi Indonesia. Laju inflasi volatile bahkan jauh di atas laju inflasi umum.
Sejumlah bahan pangan bergantian menjadi pemicu inflasi kelompok harga bergejolak mulai dari minyak goreng, cabai rawit, cabai merah, kedelai, bawang merah, hingga telur ayam ras.
Pada Agustus 2022, komponen harga bergejolak atau volatile memang mencatatkan deflasi sebesar 2,90% (month to month/mtm). Deflasi terjadi setelah inflasi melambung pada lima bulan sebelumnya.
Pada Maret, inflasi pada kelompok volatile menembus 1,99% (mtm) kemudian melonjak menjadi 2,3% pada April, 0,94% pada Mei, 2,51% pada Juni, dan 1,41% pada Juli.
Secara tahunan, inflasi kelompok volatile mencapai 8,93% pada Agustus. Inflasi tersebut tahunan melandai setelah menembus 11,47% pada Juli 2022 atau tertinggi sejak Januari 2014 (11,91%).
Meskipun melandai, inflasi kelompok pangan hampir dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan inflasi umum pada Agustus 2022 (4,69%).
Dengan kenaikan harga BBM per 2 September lalu, inflasi kelompok harga bergejolak kembali menjadi ancaman. Terlebih, komoditas pangan global juga masih tinggi.
Ekonom DBS Radhika Rao memperkirakan kenaikan harga BBM akan memberikan dampak inflas first second round sebesar 0,94-1% pada inflasi umum.
"Kemungkinan akan ada tambahan kenaikan inflasi sebesar 50-60 bps pada second round effect karena kenaikan harga BBM akan mendorong kenaikan segmen lain termasuk makanan dan transportasi selama 3-6 bulan ke depan," tutur Rao, dalam laporannya Indonesia's Fuel Pice Hike, a Medium-Term Positive.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan inflasi kelompok volatile ataupun inflasi bahan pangan akan ikut melonjak setiap kenaikan harga BBM. Sebagai catatan, pada periode 2005-2014, pemerintah menaikkan harga BBM sebanyak lima kali yakni Maret dan Oktober 2005, Mei 2008, Juni 2013, dan November 2014.
Pada 2005, harga bahan makanan bahkan menjulang sebelum kenaikan harga BBM. Persoalan utamanya dipicu oleh aksi penimbunan BBM serta gangguan logistik dan distribusi.
Merujuk pada Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2005 yang dikeluarkan Bank Indonesia, inflasi volatile food secara tahunan pada 2005 menyentuh 15,51%.
Inflasi tersebut dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat 5,95% (yoy). Inflasi volatile hanya setingkat lebih rendah dibandingkan inflasi umum pada 2005 yang tercatat 17,11%.
Kenaikan inflasi disebabkan melonjaknya harga beras dan bumbu-bumbuan akibat pasokan yang tidak stabil karena persoalan cuaca. Kenaikan harga BBM juga memicu lonjakan inflasi kelompok pangan pada tahun tersebut.
"Akibat kelangkaan BBM (berkaitan kenaikan harga BBM per tanggal 1 Oktober 2005) menyebabkan kenaikan biaya transportasi dan pada akhirnya mendorong kenaikan inflasi volatile food pada akhir 2005," tulis BI.
BPS dalam Laporan Perekonomian Indonesia 2005 juga menjelaskan mengenai adanya lonjakan harga makanan akibat gangguan pasokan dan distribusi sebelum dan setelah kenaikan harga BBM.
"Gangguan pasokan dan distribusi ini, antara lain disebabkan oleh adanya penimbunan bahan-bahan pokok menyusul adanya kecenderungan kenaikan harga dan kelangkaan pasokan BBM di berbagai daerah, sehingga semakin meningkatkan tekanan inflasi," tulis BPS.
Pada 2008, inflasi kelompok volatile juga tercatat sangat tinggi yakni 16,48% (yoy). Inflasi tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan pada 2007 (11,41%) serta jauh di atas inflasi umum 2008 yang tercatat 11,06%.
Selain karena meningkatnya harga pangan internasional seperti gandum dan minyak goreng, inflasi melonjak karena adanya gangguan distribusi. Pada Mei 2008 atau bulan di mana pemerintah menaikkan harga BBM, inflasi kelompok volatile mencapai 1,73% (month to month/mtm) dan 17,68% (yoy). Kelompok bahan pangan yang menyumbang inflasi cukup besar adalah beras, daging ayam ras, ikan segar, bawang merah, dan bawang putih.
Inflasi kelompok volatile juga tercatat sangat tinggi pada 2013 di mana pemerintah menaikkan harga BBM sebesar 30% pada Juni. Inflasi kelompok volatile food pada 2013 tercatat sebesar 11,8%, jauh di atas inflasi umumnya yakni 8,38%.
Pada Juni 2013, inflasi volatile menyentuh 1,18% (mtm), di atas inflasi umum (1,035). Pada Juli 2013 melonjak menjadi 6,07% (mtm), melampui inflasi umum nya 3,29% (mtm)
Lonjakan harga pangan pada 2013 terutama terjadi akibat pembatasan kuota impor di tengah kondisi produksi domestik yang juga belum memadai. Bawang putih, bawang merah, can cabai adalah beberapa komoditas yang harganya melonjak tajam.
Namun, kenaikan harga BBM juga berimbas pada inflasi volatile food. BI dalam Laporan Perekonomian 2013 menyebutkan kenaikan harga BBM menyumbang kenaikan inflasi sebesar 0,6%.
"Pada bulan Juni-Agustus 2013, tekanan kembali meningkat dipengaruhi oleh dampak lanjutan kenaikan harga BBM bersubsidi," tulis Bank Indonesia.
Pemerintah kembali menaikkan harga BBM subsidi pada November 2014. Secara keseluruhan tahun, inflasi kelompok pangan tercatat sebesar 10,88%, lebih rendah dibandingkan 2013 sebesar 11,83%. Namun, inflasi kelompok pangan tetap lebih tinggi dibandingkan inflasi umumnya (8,36%).
Inflasi volatile food juga langsung melambung dari 0,24% (mtm) pada Oktober 2014 menjadi 2,37% (mtm) pada November. Inflasi terus melonjak menjadi 3,53% pada Desember 2014.
Laju inflasi kelompok pangan masih lebih tinggi dibandingkan inflasi umum yang tercatat 1,50% (mtm) pada November 2014 dan 2,46% (mtm) pada Desember 2014.
Kenaikan harga pangan terutama dipicu oleh musim paceklik beras dan berkurangnya panen cabai.
Meskipun masih tinggi, dampak kenaikan harga BBM terhadap inflasi kelompok pangan pada 2014 relatif lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
"Dampak cost push dari kenaikan biaya angkut akibat kenaikan harga BBM bersubsidi relatif terkendali. Hal ini seiring dengan moderatnya kenaikan tarif angkutan dan keberhasilan langkah - langkah antisipatif untuk menjaga stabilitas harga," tulis Bank Indonesia dalam Laporan Perekonomian 2014.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae) Next Article Duh! Harga Pangan Global Mulai Turun, tapi Tidak di Asia