Internasional

Prospek Ekonomi China Suram, Ternyata Ini Biang Keroknya

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
01 September 2022 21:40
A worker wearing a mask works on a tarpaulin cover near the Central Business District skyline in Beijing, Thursday, July 28, 2022. (AP Photo/Ng Han Guan)
Foto: AP/Ng Han Guan

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi China makin menurun. Pasar properti dan sektor manufaktur, yang secara gabungan menyumbang setengah dari produk domestik bruto negara itu, dilaporkan kian melemah.

Akibatnya, China harus memperbaharui risiko pemulihannya yang sudah terancam oleh gangguan dari pembatasan dan aturan ketat Covid-19 yang meluas.

Hampir 70 kota di China melaporkan penurunan harga rumah baru pada Agustus, terbesar sejak dimulainya pandemi Covid-19, menurut China Index Academy, salah satu perusahaan riset real estat independen terbesar di China, Kamis (1/8/2022).

Harga rumah baru di 100 kota yang disurvei oleh China Index Academy turun sedikit sebesar 0,01% dari bulan sebelumnya, tidak berubah dari Juli. Ini mencerminkan berlanjutnya penurunan di pasar properti.

Di antara 100 kota, 69 melaporkan penurunan harga bulanan, dibandingkan dengan 47 kota pada Juli.

Secara nasional, penjualan rumah baru berdasarkan luas lantai turun 32% pada Agustus dari tahun sebelumnya, sedikit menyempit dari penurunan 33% pada Juli dan menandai bulan ke-13 penurunan dua digit, menurut sebuah laporan terpisah dari E-house China Research and Development Institution yang berbasis di Shanghai pada Kamis.

Pada hari yang sama, survei sektor swasta menunjukkan aktivitas pabrik China berkontraksi untuk pertama kalinya dalam tiga bulan pada Agustus di tengah melemahnya permintaan. Sementara kekurangan listrik dan gejolak baru Covid-19 mengganggu produksi.

Ketahanan manufaktur China, yang menyumbang 27,4% dari PDB China pada tahun 2021, sejak dimulainya pandemi Covid-19, telah membuat rantai pasokan global tetap berjalan.

Tetapi aturan ketat Covid yang meluas di China tahun ini dengan munculnya varian Omicron yang sangat menular mengancam untuk melemahkan sektor ini.

"Mempertimbangkan dampak penjatahan listrik yang tidak terduga, bersama dengan kebangkitan Covid, penurunan properti, dan konsumsi yang lamban, saya telah menurunkan pertumbuhan PDB pada kuartal ketiga menjadi 3,5% -4% dari 5%," kata Nie Wen, ekonom di Hwabao Trust yang berbasis di Shanghai.

"Kabinet telah menyatakan keprihatinan serius yang relatif besar atas keadaan ekonomi saat ini," katanya, sebagaimana dikutip dari Reuters.

China mengatakan akan menerbitkan langkah-langkah rinci untuk kebijakan ekonomi yang baru diumumkan pada awal September, media pemerintah mengutip kabinet mengatakan pada hari Rabu, setelah pertemuan yang dipimpin oleh Perdana Menteri Li Keqiang.


(tfa/luc) Next Article Wanita Terkaya Asia Ini Kehilangan Separuh Hartanya, Kenapa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular