
Sudah 7 Tahun Proyek Jokowi Ini Masih Timpang, Gagal?

Jakarta, CNBC Indonesia - Plt Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Arif Toha mengatakan, disparitas keterisian angkutan tol laut hingga saat ini masih tinggi. Yaitu, muatan angkutan berangkat tidak sebanding dengan muatan arus balik.
Data Kemenhub menunjukkan, realisasi muatan berangkat tol laut per Agustus 2022 mencapai 13.059 TEUS, sedangkan realisasi angkutan muatan balik hanya 4.679 TEUS. Terjadi perbedaan yang membuat ketidakseimbangan biaya logistik.
Untuk itu, kata Arif, pihaknya masih mengupayakan strategi untuk meningkatkan muatan balik. Salah satunya, bekerja sama dengan pemerintah daerah.
"Dengan memberdayakan sumber-sumber atau potensi di daerah sebagai komoditas angkutan tol laut yang kembali karena tidak seimbang muatan antara yang berangkat dan kembali," kata Arif Toha, kepada wartawan, Kamis (1/9/2022).
Pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Bulog dan Badan Pangan Nasional untuk meningkatkan muatan balik. Diharapkan, dengan keseimbangan muatan berangkat dan balik akan menurunkan disparitas harga pangan antardaerah.
Menurut Arif, daerah yang masih menyumbang minimnya muatan balik angkutan tol laut diantaranya di Papua, dan Maluku.
Sementara itu, tahun 2022 ini Kemenhub sudah menetapkan 34 trayek tol laut yang menghubungkan wilayah dari daerah kota besar hingga daerah tertinggal, terpencil, terbelakang, dan perbatasan.
Program Tol Laut sendiri dicanangkan pada 4 November 2015. Proyek ini diprakarsai untuk menekan disparitas harga yang cukup tinggi antara wilayah barat dan timur Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang terpusat di Pulau Jawa mengakibatkan transportasi laut di Indonesia tidak efisien dan mahal karena tidak adanya muatan balik dari wilayah-wilayah yang pertumbuhan ekonominya rendah, khususnya di Kawasan Timur Indonesia.
(dce) Next Article Pengiriman Sapi Diminta Lewat Tol Laut, Ada Apa?