
Astaga! NTT Ternyata Sedang Krisis Beras, Ini Buktinya

Jakarta, CNBC Indonesia - Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ternyata sedang mengalami krisis beras. Yang menyebabkan harga di wilayah ini melambung tinggi.
Panel Harga Badan Pangan menunjukkan, harga rata-rata beras medium di wilayah NTT hari ini, Senin (27/3/2023, data pukul 15.53 WIB), naik 10,27% menjadi R13.100 per kg. Padahal, harga rata-rata nasional hari ini di Rp11.880 per kg.
Untuk itu, Perum Bulog bakal memasok 1.600 ton beras ke NTT. Yang dilaksanakan bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan (Kemenhub menggunakan kapal Tol Laut KM Kendhaga Nusantara 5 dan KM Kendhaga Nusantara 11.
Menurut Direktur Lalu lintas dan Angkutan Laut Capt. Hendri Ginting, pengangkutan bantuan beras itu dilakukan dalam 2 tahap.
"Tahap pertama menggunakan KM Kendaga Nusantara 5 yang saat ini telah selesai melakukan pemuatan beras di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Diberangkatkan pada hari Minggu, 26 Maret 2023 dengan pemuatan sebanyak 600 ton atau 30 Teus," kata Hendri dalam keterangan tertulis, Senin (27/3/2023).
"Dengan rincian 2 Teus didistribusikan ke Maumere dan distribusi ke Ende sebanyak 28 Teus," tambah Hendri.
Untuk tahap ke-2 akan menggunakan KM Kendhaga Nusantara 11 yang rencananya akan diberangkatkan pada hari Rabu, 29 Maret 2023. Rencananya, kapal bermuatan 1.000 ton atau 50 Teus akan didistribusikan ke Ende sebanyak 12 Teus dan Atambua/Atapupu sebanyak 38 Teus.
"Ini sebagai bentuk kehadiran pemerintah memberikan pelayanan kepada masyarakat, khususnya pemenuhan pasokan beras di provinsi NTT. Khususnya menjelang hari raya Idulfitri 1444H/2023 sehingga harga beras dapat stabil," ujarnya.
Dengan demikian, kata Hendri, pemenuhan bahan pokok khususnya beras di NTT bisa terjamin. Sehingga, tidak terjadi kelangkaan atau krisis beras yang menyebabkan harga beras melambung tinggi.
"Program Tol Laut diselenggarakan sebagai upaya pemerintah memfasilitasi sarana transportasi laut dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan kebutuhan barang pokok dan penting, terutama masyarakat yang berada di wilayah Tertinggal, Terpencil, Terluar dan Perbatasan (T3P) yang belum dilayani kapal-kapal komersil," pungkasnya.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Gawat! Dunia Terancam Krisis Beras, Permintaan Naik 30%