Tunggu Titah Jokowi, Bos Angkot Dag Dig Dug Harga BBM Naik

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
31 August 2022 10:20
Penumpang menunjukan Kartu Ok Otrip di terminal Kampung Melayu, Jakarta, Selasa (9/10).
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan resmi mengganti nama program OK Otrip dengan nama Jak Lingko, menurut petugas dilokasi program ujicoba masih di perpanjang hingga akhir Oktober 2018. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto:Ilustrasi angkot Jakarta (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengusaha angkutan darat menanti kejelasan sikap pemerintah terkait harga bahan bakar minyak (BBM). Di sisi lain, pengusaha masih berharap harga BBM tidak jadi naik, hanya diganti kebijakan pembatasan konsumsi.

Sekjen Organisasi Angkutan Darat (Organda) Ateng Aryono mengatakan belum bisa menyiapkan rencana mengantisipasi jika kenaikan harga BBM benar ditetapkan pemerintah. 

"Sekarang apa yang mau kita antisipasi? Kita mau ngapain coba? Dikasih bocoran juga nggak kan? Itu bener-bener keep tight idenya mau dikasih warning saja kemungkinan naik," kata Ateng kepada CNBC Indonesia, Rabu (31/8/2022).

Dia hanya berharap dampak kenaikan BBM ini nantinya tidak akan lebih parah kondisinya dibandingkan pandemi Covid-19. Terutama karena berdampak ke  daya beli masyarakat.

"Pandemi saat itu unanticipated, bahkan kebijakan pengetatan ini itu. Semoga ketika BBM naik itu yang konon katanya multiplier effect-nya itu berimbas pada segala sesuatu itu naik, pergerakan tetap terjaga," katanya.

"Kalau daya beli masyarakat kemudian jadi drastis menurun, bukan sekedar inflasinya tapi ekonomi bener-bener berhenti atau terjadi posisi yang memang agar parah, saya yakin negara nggak diem," tambahnya.

Organda pun mengusulkan harga BBM tidak naik saat ini, namun pembatasan penggunaan jenis BBM tertentu, seperti solar subsidi hanya untuk digunakan khusus angkutan darat umum.

Sementara untuk jenis BBM khusus penuh penugasan (JBKP) seperti Pertalite juga harus dikendalikan, khususnya untuk pengguna kendaraan pribadi.

"Kalau itu terjadi, dan syukur-syukur harga tidak perlu naik maka akan menjadi satu dorongan pengendalian inflasi," katanya.

Namun jika harga BBM baik solar maupun Pertalite naik, akan berimbas pada peningkatan harga jasa dari angkutan transportasi darat.

"Itu satu konsekuensi, kita gak mungkin absorb (kenaikan harga BBM) itu adalah biaya langsung. Itu jadi biaya langsung pada logika pricing atau biaya total. Tapi ceritanya dari para ahli ketika kenaikan 10% itu hanya berdampak 0,4% terhadap inflasi kita lihat saja hitunganya benar atau tidak," katanya.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Organda Manado Apresiasi Subsidi Tepat Sasaran Pertamina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular