
Catat! 7 'Ramuan' Jepang Tangkis Krisis Gas Dunia

Bali, CNBC Indonesia - Head of Gas Group Fossil Energies & International Cooperation Unit, The Institute of Energy Economies Japan (IEEJ) Mr Hiroshi Hashimoto menawarkan 7 "ramuan" mengatasi krisis gas yang dialami dunia saat ini dalam jangka pendek.
Hashimoto memaparkan usulan solusi tersebut dalam gelaran Agenda Paralel Energy Transitions Working Group (ETWG) Presidensi G20 Indonesia, bertajuk Exploring Short-term Solutions for the Global Gas Crisis, Senin (29/8/2022).
Kondisi pasar gas global saat ini menjadi masalah yang coba diselesaikan. Dunia sekarang mengalami krisis energi yang kompleks, dan gas alam adalah salah satu bagiannya.
Krisis ini dimulai karena penyebaran virus Corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang membuat banyak negara membatasi mobilitas masanya termasuk di tambang. Alhasil produksi dan investasi menyusut ke level terendah sejak 2015.
Kala pemulihan, sisi suplai tidak mampu mengimbangi permintaan sehingga terjadilah kelangkaan gas yang membuat harga meroket. Ditambah dengan konflik antara Rusia dan Ukraina membuat harga gas makin selangit.
Kemudian, inilah tujuh solusi yang ditawarkan oleh Mr Hiroshi Hashimoto untuk mengatasi krisis gas yang dialami dunia saat ini dalam jangka pendek.
Pertama, peningkatan produksi gas alam dan LNG. Pertimbangan harus diberikan pada fakta bahwa fasilitas LNG yang ada saat ini dalam kapasitas penuh dan investasi LNG baru akan diperlukan sekitar lima tahun dari keputusan investasi akhir untuk produksi.
Kedua, mendukung negara-negara dengan kapasitas menganggur atau proyek gas hulu dan tengah yang tertunda untuk mendapatkan kembali kapasitas mereka untuk memproduksi dan mengekspor gas, terutama ke wilayah yang paling membutuhkan. Kerjasama regional mungkin menjadi salah satu faktor kunci untuk membantu negara-negara tertentu untuk menyingkirkan potensi kendala kapasitas mereka yang mungkin disebabkan oleh berbagai masalah seperti masalah keuangan dan ketidakstabilan keamanan dalam negeri.
Ketiga, mengembangkan rencana darurat yang diprakarsai oleh kelompok G20 untuk 'mengalihkan' kargo LNG ke wilayah dunia dengan kebutuhan tinggi tetapi daya beli rendah. Sangat penting untuk membantu negara-negara berpenghasilan rendah untuk mendapatkan kargo LNG. Mengubah rute kargo LNG ke daerah yang membutuhkan dengan daya beli rendah akan membantu. Di sisi lain, mengingat perdagangan gas didorong oleh swasta, mekanisme kompensasi atau insentif keuangan akan diperlukan baik bagi perusahaan gas atau negara pengimpor.
Keempat, mengoptimalkan tujuan kargo LNG dengan memanfaatkan kesepakatan kontrak tertentu. Bersamaan dengan perubahan rute kargo LNG dari wilayah yang kelebihan pasokan, peningkatan jumlah kargo LNG yang tersedia merupakan upaya penting dalam waktu dekat. Negara pengekspor harus berinisiatif untuk mengoptimalkan pengoperasian kapal dan terminal/pelabuhan LNG mereka
Kelima, mengeluarkan pernyataan yang dapat membantu menstabilkan pasar gas jangka pendek. Pesan semacam ini yang memastikan perlunya investasi gas baru sangat penting, karena kita membutuhkan kebijakan dan lingkungan bisnis yang memungkinkan investasi gas alam baru. Meniadakan semua investasi bahan bakar fosil termasuk gas alam demi mitigasi iklim dapat memperpanjang krisis energi saat ini dan mengakibatkan mengikis pertumbuhan ekonomi yang sehat, yang sangat diperlukan untuk upaya mitigasi jangka panjang
Keenam, memulai dan mengintensifkan diskusi untuk merumuskan langkah-langkah potensial jangka pendek untuk mengurangi volatilitas harga yang berlebihan. Kita perlu menghindari intervensi yang dapat menciptakan lebih banyak ketidakpastian pasar dan untuk merespons dengan benar dan kooperatif terhadap sinyal harga pasar. Otoritas persaingan dapat memainkan peran di pasar domestik dalam mengurangi volatilitas harga yang berlebihan. Kolaborasi lintas negara di antara otoritas persaingan bisa lebih menantang karena akan sangat sulit untuk berbagi pandangan yang sama di antara para pemangku kepentingan dengan kepentingan yang berbeda.
Ketujuh, segera membangun platform informasi real-time yang dapat diakses secara universal tentang perdagangan gas alam. Kesediaan perusahaan swasta untuk mengungkapkan berbagai informasi merupakan faktor kunci dalam membangun platform ini. Inisiatif Data Gas Bersama menawarkan dasar yang baik untuk upaya tersebut.
(ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Eropa Krisis Pasokan Gas, Indonesia Bisa Jadi Penyelamat?