BBM Tetangga Lebih Murah, RI Justru Mau Kerek Harga?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
26 August 2022 16:35
Antre BBM Pertalite  di Jl. Tali Raya, Slipi, Jakarta,
Foto: Sejumlah kendaraan roda dua mengantre untuk mengisi BBM jenis Pertalite di Jl. Tali Raya, Slipi, Jakarta, Selasa (16/8/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Indonesia melakukan subsidi terhadap bbm yang sampai saat ini sudah tembus Rp502 triliun. Harga minyak dunia yang tinggi telah membuat selisih antara harga jual dan keekonomian bensin melebar.

RON90 atau Pertalite dijual dengan harga Rp7.650 per liter sedangkan keekonomiannya Rp17.00 per liter. Sehingga subsidinya mencapai Rp9.450 per liter.

Perhitungan harga keekonomian bensin didasarlan pada formula Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 62.K/12/MEM/2020 tentang Formula Harga Dasar dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan/atau Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan.

Mengutip Lampiran Kepmen ESDM No.62 Tahun 2020, Pertalite menggunakan perhitungan harga jual eceran bensin di bawah RON 95 dan jenis minyak solar CN 48 dihitung dengan formula Mean of Platts Singapore (MOPS) atau Argus + Rp1.800 per liter + Margin (10% dari harga dasar).

Mengutip data Refinitiv, harga rata-rata Argus Mogas 92 dengan ketentuan yang diatur di Kepmen ESDM No.62 Tahun 2020 sebesar US$141.77 per barel dengan periode 24 Mei hingga 25 Juni. Rata-rata kurs dengan perioe yang sama yakni Rp14.646 per US$. Maka harga dasar bensin Pertalite sebesar RP16.165 per liter pada Juli 2022. Harga tersebut belum termasuk PPn sebesar 11% dan PBBKB 5%. Sehingga harga bisa naik lebih tinggi lagi.

Namun, jika melihat tren harga minyak dunia dan Argus Mogas 92 harga keekonomian bensin berpotensi turun pada Agustus ini. Puncaknya sudah terlewati pada Juni.

Menurut perhitungan Tim Riset CNBC Indonesia, berdasarkan ketentuan yang diatur di Kepmen ESDM No.62 Tahun 2020, harga dasarnya Rp14.353 per liter diluar PPn sebesar 11% dan PBBKB 5%.

Meskipun begitu, maslah mengenai harga bensin di Indonesia tercampur dengan kuota yang sudah menipis. Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro mengatakan bahwa BBM jenis Pertalite kemungkinan akan habis lebih cepat atau pada September ini, hal itu jika tanpa ada penambahan kuota dan pembatasan.

"Kemungkinan September sudah akan habis kalau tidak ada pembatasan," ujar dia kepada CNBC Indonesia, Kamis (11/8/2022).

Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina Patra Niaga mencatat kuota Jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) Khusus Penugasan (Pertalite) dan Jenis BBM Tertentu (JBT) yakni Solar Subsidi kian menipis.

Tercatat, sampai pada Juli 2022 ini, konsumsi BBM RON 90 atau Pertalite sudah mencapai 16,8 juta KL dari kuota tahun ini yang ditetapkan sebanyak 23 juta KL. Artinya, kuota BBM yang dipakai sejuta umat Indonesia ini tersisa 6,2 juta KL lagi.

Kuota 23 juta KL Pertalite 2022 sama dengan realisasi konsumsi Pertalite pada 2021 sebesar 23,3 juta KL. Tentu saja menjadi tidak cukup karena aktivitas dan mobilitas Indonesia yang kian meningkat. Penyebabnya adalah persebaran virus Corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang makin terkendali.

Tingkat mobilitas masyarakat pun meningkat jika dibandingkan dengan 2021. Ini bisa menjadi indikator bagi konsumsi BBM yang meningkat.  Konsumsi Pertalite hingga 2022 sebesar 16,8 juta KL, berarti rata-rata konsumsi tiap bulannya sebesar 2,4 juta KL. Sehingga total konsumsi Pertalite hingag 2022 mencapai 28,8 KL, tumbuh 23,6% yoy dari tingkat konsumsi tahun lalu. Artinya perlu penambahan sekitar 5 juta KL untuk memenuhi konsumsi Pertalite hingga akhir 2022.

Menambah kuota akan lebih memakan banyak dana apalagi jika dilakukan saat subsidi masih terbebani selisih dengan harga keekonomian yang lebar. Sehingga kenaiakn harga bensin tampaknya segera menjadi kenyataan akrena bisa menghemat subsidi energi yang sudah jor-joran.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular