Harga Pertalite Naik, Imbasnya ke Makanan Sampai Angkot!

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
25 August 2022 14:34
SPBU Pertamina, Kemang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: SPBU Pertamina, Kemang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) penugasan dan subsidi seperti Pertalite dan Solar Subsidi tampaknya susah ditepis. Terimbas harga minyak mentah dunia yang meroket, harga keekonomian BBM ikut terongkrak naik, pemerintah pun boncos menanggulangi susidi.

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) sempat menyinggung bahwa harga keekonomian bensin dengan jenis RON 90 atau Pertalite (yang dijual Pertamina) tembus Rp17.100 per liter dari harga yang saat ini hanya Rp 7.650per liter. Artinya ada selisih Rp9.450 per liter yang harus ditanggung oleh pemerintah dengan subsidi.

Belanja negara pun membengkak, khususnya untuk subsidi energi tembus Rp520 triliun. Padahal pagu awal dalam APBN untuk subsidi energi hanya sebesar Rp152,5 triliun. Hal ini membuat kabar harga Pertalite, BBM penugasan yang konsumsinya lebih dari 80% total bensin itu, akan segera dinaikkan sebesar 30% menjadi Rp10.000 per liter.

Kenaikan harga Pertalite diprediksi akan membuat ekonomi Indonesia gonjang-ganjing. Harga kebutuhan pokok yang saat ini sudah mahal bisa makin melambung.

Dalam keranjang inflasi, bensin memiliki bobot 4% menurut data Badan Pusat Statistik (BPS). Sehingga misalnya saja harga BBM naik 10%, inflasi bisa terdorong hingga 0,4 poin persentase terhadap inflasi. Kemudian jika harga naik 30% maka inflasi bisa terdorong 1,2 poin persentase.

Dengan tidak mempertimbangkan perubahan pada komponen inflasi lainnya, maka di kala harga bensin naik 30% laju inflasi Indonesia bisa menembus 6,1% year-on-year (yoy).

Tidak imbang rasanya jika menilik dari segi pendapatan di mana Upah Minimum yang hanya naik 1,09%. Pastinya daya beli atau konsumsi masyarakat akan tergerus lantaran biaya hidup yang semakin mahal. Ujung-ujungnya ekonomi yang ditopang oleh konsumsi bisa jadi pertaruhan.

Hal tersebut bisa saja terjadi jika Pemerintah tidak menyediakan bantalan sosial dalam menghadapi dampak kenaikan harga BBM non subsidi.

Lantas barang apa saja kira-kira harga barang yang akan naik?

Indonesia tidak sekali ini saja menghadapi kenaikan harga BBM subsidi. Terdekat pada tahun 2014 dan 2013 kala bensin RON 88 atau Premium.

Pada 17 November 2014, Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan harga BBM subsidi. Premium naik dari Rp6.500 per liter menjadi Rp8.500 per liter. Sedangkan Solar naik menjadi Rp7.500 per liter dari Rp5.500 per liter. Dampaknya adalah laju inflasi meningkat pada November dan Desember 2014.

Peningkatan signifikan terjadi pada kelompok bahan makanan dan transportasi, komunikasi, dan jasa. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi kelompok bahan makanan pada November dan Desember naik menjadi 2,15% dan 3,22%, di mana rata-rata dalam 10 bulan sebelumnya sebesar 0,48%.

Sementara inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa melaju 1,5% dan 2,46% masing-masing pada November dan Desember 2014, di mana rata-rata dalam 10 bulan sebelumnya sebesar 0,41%.


Menurut Laporan Perekonomian Indonesia 2014 yang dirilis oleh Bank Indonesia, komoditas penyumbang inflasi kelompok makanan adalah cabai merah, beras, cabai rawit, daging ayam ras, telur ayam ras, dan minyak goreng.

Kelompok transportasi penyumbang terbesar adalah angkutan dalam kota, angkutan udara, angkutan antar kota.

Mundur satu tahun sebelumnya pada 2013, bensin Premium naik Rp2.000 per liter menjadi Rp6.500 per liter. Sementara Solar naik Rp1.000 per liter menjadi Rp5.500 per liter. Harga bensin baru per 22 Juli 2013.

Peningkatan signifikan juga terjadi pada kelompok bahan makanan dan transportasi, komunikasi, dan jasa. BPS mencatat inflasi kelompok bahan makanan pada Juni dan Juli naik menjadi 1,17% dan 5,46%, di mana rata-rata dalam 5 bulan sebelumnya sebesar 1,18%.

Sementara inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa melaju 3,8% dan 9,6% masing-masing pada Juni dan Juli 2013, di mana rata-rata dalam 5 bulan sebelumnya stabil sebesar 0,03%.

Menurut Laporan Perekonomian Indonesia 2013 yang dirilis oleh Bank Indonesia, komoditas penyumbang inflasi kelompok makanan adalah bawang merah, cabai merah, beras, jeruk, daging ayam ras, dan daging sapi.

Kelompok transportasi penyumbang terbesar adalah angkutan dalam kota.

 

 

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular