
Beda dengan BI Dkk, Negara-negara Ini Malah Turunkan Bunga

Di saat Indonesia telah runtuh pertahanannya dalam mempertahankan suku bunga, bank sentral Rusia, China, dan Turki malah mengambil langkah sebaliknya.
1. Bank Sentral Rusia (Central Bank of Russia/CBR)
Bank sentral Rusia (Central Bank of Russia/CBR) malah mengambil kebijakan memangkas suku bunga guna memacu perekonomian. Kebijakan ini menjadi yang paling agresif di mana pemangkasan dilakukan setelah sebelumnya sempat mengerek suku bunga menjadi 20% dari sebelumnya 9,5% pada Maret lalu.
Suku bunga terus dipangkas pada Juli 2022 sebesar 8% di mana pada bulan sebelumnya suku bunga masih besada di angka 9%.
Negara pimpinan Presiden Vladimir Putin ini. Mulai dari sanksi perdagangan, keuangan, hingga ke individual.
Dari sektor keuangan, setidaknya tujuh bank dan institusi Rusia dikeluarkan dari jejaring informasi perbankan internasional yang dikenal sebagai SWIFT (Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication), yakni semacam platform jejaring sosial bagi bank.
Selain akan memutus SWIFT dari Rusia, Amerika Serikat dan sekutunya juga membekukan cadangan devisa bank sentral Rusia yang ditempatkan di luar negeri. Sebelum perang Rusia-Ukraina dimulai akhir Februari lalu, cadangan devisa Rusia mencapai US$ 643 miliar, sekitar setengahnya ditempatkan di luar negeri.
Akibatnya, nilai tukar rubel yang jeblok ke rekor terlemah sepanjang sejarah melawan dolar AS kemudian inflasi kembali meroket.
Langkah cepat CBR dan kebijakan capital control Presiden Vladimir Putin membalikkan keadaan. Rubel menguat dan diperdagangkan di kisaran RUB 61 per US$ atau menguat lebih dari 21% serta menjadi mata uang terbaik di dunia.
Dalam pengumuman kebijakan moneter yang dilakukan Kamis (26/5/2022), CBR memangkas suku bunga sebesar 300 basis poin, menyusul dua pemangkasan sebelumnya dengan besar yang sama.
"Berkat rubel yang menguat, inflasi menjadi turun lebih cepat dari yang kami perkirakan. Ini memungkinkan kami untuk menurunkan suku bunga tanpa memicu kenaikan inflasi yang baru," kata Nabiullina, sebagaimana dilansir Reuters.
Risiko inflasi yang mulai mereda tetapi perekonomian Rusia kini memasuki periode transformasi secara struktural dan perbankan membutuhkan dukungan modal.
(aum/aum)