Internasional

Babi Minggir! Inflasi Picu 'Perang Ayam' di Korea

sef, CNBC Indonesia
23 August 2022 13:05
SEOUL, SOUTH KOREA - MAY 27:  South Korean war veterans and conservative protesters hold an anti-North Korea rally in front of City Hall on May 27, 2010 in Seoul, South Korea. North Korea declared to cut all the ties with the South as a punishment for being blamed for the sinking of a South Korean warship.  (Photo by Chung Sung-Jun/Getty Images)
Foto: Getty Images/Chung Sung-Jun

Jakarta, CNBC Indonesia - Sama seperti sejumlah negara, Korea Selatan (Korsel) kini mengalami kenaikan inflasi. Dari data pemerintah, inflasi Juli misalnya berada di 6,3%, tercepat dalam 23 tahun.

Berbeda dengan China yang sangat terdorong harga babi, kenaikan harga sangat terlihat pada bahan makanan favorit Korsel, ayam. Padahal, ayam adalah pilihan nomor satu warga terutama dalam bisnis delivery service, mengalahkan pizza, hamburger, dan makanan China.

Namun alih-alih menaikkan harga, sejumlah jaringan ritel toko di Korsel justru menurunkan harganya. Homeplus, ritel terbesar kedua di negeri itu, memulainya lebih dulu dengan memotong harga ayam goreng yang dijualnya hingga 2/3-nya.

Mengutip Strait Times yang melansir Bloomberg, ini memang bukan hal biasa. Di toko lain, bucket ayam goreng bisa dijual dengan harga 24.000 won (sekitar Rp 266 ribu) dari sebelumnya 16.000, lima tahun lalu.

Alih-alih menjual harga tinggi, perusahaan melihat celah lain. Satu bucket ayam goreng dijual dengan harga 6.990 won.

Kekhawatiran orang Korsel dan membludaknya permintaan justru membuat banyak orang berbondong-bondong mencari swalayan yang menjual dengan harga miring. Apalagi sudah sikap orang Korsel yang tak bisa melewatkan cara bagaimana "menghemat biaya makanan".

Alhasil antrean memang mengular di toko perusahaan itu. Homeplus disebut telah mengubah logika mencari margin keuntungan, lebih luas dari sekedar menaikkan harga.

Meski berisiko, dikatakan bahwa ini bisa menjadi momentum bagi Homeplus yang memiliki hampir 140 cabang. Perusahaan dapat meningkatkan pangsa pasarnya di negara itu.

"Saya pikir akan ada tekanan besar pada waralaba untuk menurunkan harga mereka atau setidaknya berhenti menaikkannya, mengingat betapa murahnya Homeplus menjual ayam goreng mereka," kata seorang ekonom di Oxford Economics, Lloyd Chan, menyebut efek domino yang bisa terjadi karena Homeplus, dikutip Selasa (23/8/2022).

Apa yang dilakukan Homeplus ternyata juga diikuti peritel lain setelahnya. Dalam tenggat waktu tertentu, Lotte memangkas harga produk ayam utamanya hingga hampir setengahnya.

Emart, pengecer terbesar Korsel, juga melakukan hal serupa selama seminggu. Perusahaan menjual se-ember ayam seharga 5.980 won dan mencatat lonjakan penjualan hingga 26% dibandingkan tahun lalu.

Dalam keterangannya Homeplus mengatakan memenuhi permintaan warga masih merupakan tantangan. Toko, kata perusahaan, hanya bisa menggoreng beberapa lusin ayam sehari.

"Kami mampu menurunkan harga beli melalui pembelian massal," kata Homeplus dalam sebuah pernyataan.

"Ini adalah produk yang kami luncurkan sebagai bagian dari 'proyek stabilisasi inflasi' kami yang berlangsung sejak awal tahun ini untuk membantu pelanggan dengan anggaran yang lebih ringan dengan menawarkan volume penjualan dengan margin keuntungan unit yang rendah."

Ayam sendiri memainkan peran penting dalam inflasi Korsel. Diyakini penurunan harga ayam, bisa mempengaruhi sejumlah barang lain untuk turun seperti daging babi, yang mungkin akan tertekan dengan ini.

Sementara itu, bank sentral Korsel, BOK, sebelumnya telah menaikkan suku bunga berulang kali. Korsel juga akan menaikkan upah minimum sebesar 5% untuk tahun depan guna membantu masyarakat bergaji rendah mengatasi harga yang melonjak.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh! Data Perdagangan Korsel Ungkap Tanda-tanda Resesi Global

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular