Angka Pengangguran Dunia Turun, Tapi 4 Negara Ini Masih Apes

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar baik datang dari kancah global. Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) melaporkan tingkat pengangguran negara-negara di dunia stabil di 4,9% pada Desember 2022. Angka pengangguran OECD pada 2022 tercatat turun menjadi 33,9 juta jiwa.
Menurut OECD, tingkat pengangguran tetap stabil rekor terendah ini sejak dimulainya seri pada tahun 2001. Di Uni Eropa dan kawasan euro, tingkat pengangguran tetap pada rekor terendah masing-masing sebesar 6,1% dan 6,6%. Tingkat pengangguran stabil atau menurun di lebih dari 70% negara kawasan euro, dengan penurunan terbesar terlihat di Austria.
Di luar Eropa, tingkat pengangguran turun di Kanada dan Amerika Serikat, dan stabil di Australia, Jepang, dan Meksiko.
"Sebaliknya, itu meningkat di Kolombia, Israel, Korea, dan Turki," tulis OECD, dikutip Senin (27/2/2023).
Tingkat pengangguran di Kolombia naik menjadi 2,81 juta jiwa pada Desember 2022, dari sebelumnya 2,73 juta jiwa di akhir 2021.
Sementara itu, pada periode yang sama, Israel meningkat menjadi 186.000 dari sebelumnya 179.000 jiwa. Korea Selatan naik menjadi 948.000 pada 2022 dari 864.000 per akhir 2021.
Turki, yang tengah menjalani pemulihan pasca-gempa, mencatat jumlah pengangguran sebanyak 3,63 juta penduduk dari sebelumnya 3,58 juta tahun lalu.
Kendati demikian, Amerika Serikat mencatatkan jumlah terbanyak, yakni 5,7 juta jiwa pada akhir 2022.
Sementara itu, pengangguran di Uni Eropa mencapai 13,14 juta jiwa. Pengangguran terbanyak terjadi di Spanyol dengan jumlah 3,0 juta jiwa. Posisi kedua adda Prancis dengan 2,1 juta jiwa.
![]() Data perkembangan tingkat pengangguran dunia per Desember 2022 dari OECD |
Survei Ipsos 'Apa yang Dikhawatirkan Dunia' bulan Februari 2023 mencatat bahwa pengangguran menjadi isu terbesar keempat yang dikhawatirkan masyarakat dunia, selain inflasi dan kemiskinan.
Sebanyak 27% masyarakat dunia mengaku bahwa menjadi masalah yang muncul di negara mereka.
Ipsos mencatat Afrika Selatan tetap menjadi negara yang paling peduli pengangguran. Sebanyak 69% responden dari negera ini memilihnya sebagai kekhawatiran.
Afrika Selatan menjadi yang teratas dalam hal kekhawatiran tentang pekerjaan sejak April 2021 dan selama itu kekhawatiran tidak turun di bawah 60%.
Kelly Arnold, Country Manager Ipsos di Afrika Selatan, menjelaskan penyebab pengangguran di Afrika Selatan sudah berlangsung beberapa dekade. Masalah ini diperparah oleh pandemi Covid-19, ketika antara 3-4 juta orang Afrika Selatan kehilangan pekerjaan dan pekerjaan ini belum kembali.
"Sekarang dengan krisis biaya hidup, orang lebih putus asa untuk kembali bekerja. Jajak pendapat terbaru kami menemukan 70% orang Afrika Selatan mengatakan bahwa biaya hidup meningkat lebih cepat daripada tingkat inflasi resmi. Bagi mereka yang bekerja, banyak yang melihat kenaikan gaji di bawah inflasi," kata Arnold, dikutip dari Ipsos.
Selain Italia, data Ipsos menunjukkan Italia juga berada di urutan atas yang mengkhawatirkan isu ini dengan persentase 43%. Sementara itu, Spanyol berangsur turun dengan skor 37%.
Masalah pengangguran tidak bisa dipungkiri. Tiga tahun sejak Covid-19 membalikkan rantai pasokan global, banyak perusahaan - termasuk Amazon, IBM, Alphabet, Nokia, Ericsson dan Microsoft - berbalik arah dengan melakukan PHK dan pembekuan perekrutan tenaga kerja baru.
Di sisi lain, Covid-19 telah membuat pekerja enggan kembali ke kantor. Kebanyakan angkatan kerja kini memiliki pekerjaan fleksibel yang bisa bekerja dari jarak jauh.
Sejalan dengan perkembangan ini, kata-kata Bos Tesla Elon Musk menjadi kekhawatiran tersendiri, bahwa otomatisasi dan robot akan mengantikan pekerjaan manusia.
Kemanjuan teknologi artificial intelegence (AI) sangat luar biasa. Banyak bekerjaan mulai tergantikan dengan perkembangan ini. Dikutip dari Global Finance Magazine, World Economic Forum (WEF) memperkirakan bahwa 85 juta pekerjaan akan digantikan oleh revolusi robot, tetapi pada saat yang sama - pada tahun 2025 - 97 juta pekerjaan baru juga akan tercipta.
Namun, di luar kondisi di atas, IMF pernah menegaskan bahwa pasar tenaga kerja ke depannya akan sangat dipengaruhi oleh inflasi.
[Gambas:Video CNBC]
Terungkap! Lulusan SMK Paling Banyak Nganggur di RI
(haa/haa)