BBM Naik: Tarif Angkot, Beras, Sampai Gula Bakal Makin Mahal

Maesaroh, CNBC Indonesia
Selasa, 23/08/2022 11:06 WIB
Foto: Sejumlah kendaraan roda dua mengantre untuk mengisi BBM jenis Pertalite di SPBU Kebayoran Lama, Jakarta Selasa (16/8/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah tengah mengkaji opsi pengendalian subsidi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022. Salah satu opsi yang mengemuka adalah menaikkan harga, terutama untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite dan Solar bersubsidi.

Sepanjang 2005-2022, pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi sebanyak lima kali yakni dua kali pada 2005, satu kali pada 2008, 2013, dan 2014. Kenaikan harga tersebut menunjukkan pola yang sama yaitu inflasi akan melonjak tajam begitu harga BBM dinaikkan.

Inflasi dampak lanjutan (second round effect) kerap kali lebih besar dibandingkan dampak pertama (first round effect). Pola tahunan juga menunjukkan sejumlah barang dan jasa juga akan selalu mengalami lonjakan harga, terutama tarif angkutan.



Per 1 Maret 2005, pemerintah menaikkan harga BBM subsidi rata-rata sebesar Rp 29% untuk menekan beban anggaran yang semakin bengkak. Pada periode tersebut Premium merupakan BBM yang paling banyak digunakan masyarakat Indonesia.

Harga Premium dinaikkan 32,6% dari Rp 1.810 menjadi Rp 2.400 per liter. Solar yang banyak digunakan untuk sektor transportasi dinaikkan 27% menjadi Rp 2.100 per liter dari Rp 1.650 per liter.

Setelah kenaikan pada awal bulan, inflasi Maret menembus 1,91% (month to month/mtm) tetapi melandai menjadi 0,34% pada April.

Pada 1 Oktober 2005, pemerintah kembali menaikkan harga BBM rata-rata hingga 114%. Harga Premium naik 87% dari Rp 2.400 menjadi Rp 4.500 per liter. Harga solar naik 105% menjadi Rp 4.300/liter. Inflasi Oktober 2005 mencapai 8,7% mtm) kemudian melandai menjadi 1,31% pada November 2005.

Foto: Bank Indonesia
Dampak Kenaikan Harga BBM 2005

Angkutan dalam kota mengalami dampak terparah dengan menyumbang inflasi sebesar 0,69% pada kenaikan Maret dan 1,84% pada kenaikan Oktober 2005. Tarif taksi juga menyumbang inflasi cukup besar, masing masing 0,0008% pada kenaikan Maret dan 0,03% pada kenaikan Oktober 2005.

Hasil simulasi Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI) berjudul Dampak Kenaikan BBM 2005 terhadap Kemiskinan menunjukkan dampak inflasi dari kenaikan BBM tidak hanya menyentuh sektor transportasi.

Kenaikan harga BBM juga berdampak kepada harga padi, sayuran, hasil ternak, perikanan laut, gula, beras, pupuk, pertambangan, industri baja, listrik, gas, air bersih, konstruksi, perdagangan, restoran, hotel, angkutan kereta api, angkutan darat, pelayaran, angkutan air, angkutan udara, komunikasi, hingga keuangan.

Foto: LPEM UI
Dampak Kenaikan Harga BBM 2005


(mae/mae)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Hanif Faisol: Jabodetabek Harus Pakai BBM Standar Euro IV

Pages