Internasional

Covid Minggir, Ada Bencana Baru Acak-acak Ekonomi China

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Selasa, 23/08/2022 09:00 WIB
Foto: Future Publishing via Getty Imag/Future Publishing

Jakarta, CNBC Indonesia - Bencana gelombang panas atau heatwave kini tengah menghantui China. Bahkan fenomena alam itu diyakini akan berdampak serius ke ekonominya.

"Gelombang panas adalah situasi yang cukup mengerikan... Itu mungkin bisa berlangsung selama dua hingga tiga bulan ke depan," kata Kepala Ekonom Hang Seng Bank China, Dan Wang dalam program Squawk Box Asia CNBC International, dikutip Selasa (23/8/2022).

Gelombang panas di China telah memecahkan rekor berhari-hari. Ini bahkan membuat salah satu sungai terpanjang Asia, Yangtze, mengering. Menurut laporan media pemerintah, sebagian besar wilayah lembah Sungai Yangtze mengalami suhu yang sangat tinggi sejak Juli.


Curah hujan di daerah tersebut turun sekitar 45% dibandingkan rata-rata selama beberapa tahun terakhir. Suhu ekstrim juga telah mengganggu pertumbuhan tanaman dan mengancam ternak.

Semua hal itu diyakini berimplikasi ke industri setempat. Krisis listrik yang berujung pemadaman di wilayah Sungai Yangtze pun terjadi, termasuk di sejumlah pusat manufaktur China, seperti Guangdong, Zhejiang dan Jiangsu.

"Ini akan mempengaruhi industri-industri besar yang padat energi dan akan memiliki efek knock-on di seluruh ekonomi dan bahkan ke rantai pasokan global," katanya.

"Kami sudah melihat perlambatan produksi di industri baja, di industri kimia, di industri pupuk. Itu adalah hal yang sangat penting dalam hal konstruksi, pertanian dan juga manufaktur secara umum," tambah Wang.

Menurut Wang, PDB China pun bisa terganggu. Tahun lalu, akibat kekurangan listrik PDB China memang menyusut.

"Tahun lalu, seperti yang kami perkirakan, periode kekurangan listrik telah menyebabkan pertumbuhan PDB China sekitar 0,6%. Tahun ini kami pikir angka ini akan jauh lebih tinggi... Saya akan mengatakan 1,5% poin lebih rendah," kata Wang.

"Saat ini, kami memberikan 4% dari pertumbuhan PDB untuk setahun penuh. Jika situasi saat ini berlanjut, maka saya harus mengatakan tingkat pertumbuhan mungkin di bawah (3%)," tambahnya.


(tfa/tfa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Inflasi China Kembali Anjlok, Kekhawatiran Deflasi Makin Dalam