Internasional

Dapat Ribuan Triliun, Negeri Putin Cuan dari Perang Ukraina?

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
22 August 2022 10:48
UKRAINE-CRISIS/RUSSIA-NAVY-PUTIN
Foto: REUTERS/MAXIM SHEMETOV

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang antara Rusia dan Ukraina yang berlangsung sejak 24 Februari lalu belum juga menunjukkan tanda-tanda akan usai. Di sisi lain, dampak perang yang tengah menjadi 'momok' bagi negara-negara di dunia ternyata tetap ada negara yang meraup keuntungan.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno memaparkan alasan mengapa perang Rusia dan Ukraina belum juga usai. Ternyata ada yang diuntungkan dari perang ini.

Diketahui, Rusia menduduki peringkat kedua dengan produk ekspor terbesar dunia. Negeri Beruang Merah tersebut mencatatkan nilai ekspor sebesar US$ 72,6 miliar pada tahun 2020.

Sementara, menurut data International Energy Agency (IEA), produksi minyak mentah dan kondensat Rusia mencapai 10,5 juta barel per hari. Jumlah tersebut merupakan 14% dari total pasokan global.

Dengan perkiraan total ekspor yang besar ini, Rusia dikabarkan menjual harga minyak mentahnya dengan harga yang sangat murah, atau dikorting lebih dari 30% dari harga jual minyak mentah dunia seperti minyak Brent. Hal ini imbas dari negara-negara Uni Eropa yang melarang impor minyak dari negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin tersebut.

Pendapatan Rusia dari ekspor minyak dan gas (migas) diperkirakan akan mengalami kenaikan yang cukup tinggi tahun ini. Hal ini terjadi saat negara itu menghadapi embargo migas dari negara-negara Barat akibat serangan ke Ukraina.

Dalam pemberitaan Reuters, sebuah dokumen Kementerian Ekonomi merinci pendapatan Rusia dari ekspor energi akan menjadi US$ 337,5 miliar atau setara Rp 5 ribu triliun tahun ini. Angka ini 38% lebih tinggi dibandingkan tahun 2021 lalu.

Kementerian Keuangan Rusia membeberkan bahwasanya minyak mentah Urals yang menjadi andalan Rusia itu harganya rata-rata hanya berkisar di US$ 73,24 per barel pada pertengahan April sampai Mei 2022.

Jika harga ini terus dipakai pada bulan Agustus 2022, angka itu jauh lebih rendah dari rata-rata harga minyak brent yang saat ini berada di level US$ 96,72 per barel.

Menurut Sandiaga, meski Rusia menjual harga minyak di bawah harga pasar, negara tersebut ini tetap mengalami keuntungan mencapai US$ 6 miliar per hari. Sandiaga menyebut biaya perang Rusia hanya sekitar US$ 1 miliar. Sehingga Rusia itu mendapat cuan sebanyak US$ 5 miliar.

Dengan kortingan harga yang jauh lebih rendah dari harga minyak mentah dunia itu, menunjukkan bahwa negara penghasil minyak terbesar ketiga dunia ini tidak dapat sepenuhnya menikmati durian runtuh dari kenaikan harga minyak di pasar internasional.

Adapun negara-negara yang tertarik membeli minyak murah Rusia sampai saat ini hanyalah India dan China. Yang mana India diketahui akan mengimpor minyak dari Rusia sebanyak 15 juta barel.

Di tengah perang yang terjadi, Rusia ternyata mempertahankan posisinya sebagai pemasok minyak utama China untuk bulan ketiga pada Juli 2022. Penjualan minyak Rusia ke China meningkat karena mendapat diskon harga dan bersaing dengan pemasok lain seperti Angola dan Brasil.

Rusia mengekspor minyak ke China melalui pipa Samudra Pasifik Siberia Timur dan pengiriman melalui laut dari Pelabuhan Eropa serta Timur Jauh. Data Administrasi Umum Kepabeanan China mencatat impor minyak dari Rusia tersebut mencapai 7,15 juta ton, atau naik 7,6% dari tahun lalu.

Namun, pasokan minyak Rusia pada Juli, setara dengan sekitar 1,68 juta barel per hari (bph), berada di bawah rekor Mei yang mendekati 2 juta barel per hari. China adalah pembeli minyak terbesar Rusia.

Selain China, peningkatan impor terbesar juga datang dari India, di mana Negeri Bollywood membeli sebesar 18% dari seluruh ekspor minyak Rusia selama periode sekitar 100 hari sejak dimulainya perang Rusia-Ukraina.

India merupakan konsumen minyak terbesar ketiga di dunia. Namun, konsumsi minyak Negeri Bollywood sangat bergantung dengan impornya, di mana lebih dari 80% di antaranya merupakan minyak impor.

Lalu bagaimana dengan Indonesia?

Sebelumnya Pertamina memang sempat melontarkan berkeinginan membeli minyak murah asal Rusia itu. Hanya saja, niat tersebut diurungkan lantaran stok minyak di kilang Pertamina mencukupi untuk kebutuhan di dalam negeri.

Menurut Sandiaga Indonesia harus pintar-pintar memanfaatkan peluang dan situasi saat ini. Sandiaga juga menyebut Rusia menawarkan minyak murah ke Indonesia. Bahkan lebih murah 30% dari harga pasar internasional.

"Rusia nawarin ke kita. India sudah ngambil, harganya lebih murah 30% dari harga pasar internasional," kata Sandiaga, dikutip dari akun Instagram pribadinya. "Kalau buat teman-teman CEO Mastermind ambil nggak? Pak Jokowi juga pikir yang sama, ambil."

Meskipun begitu ada kekhawatiran dari beberapa pihak terkait sanksi embargo dari Amerika Serikat (AS) ke Indonesia. "Ada yang enggak setuju karena takut, 'wah nanti gimana di embargo ke Amerika Serikat'. Biarin lah kalau di embargo, paling kita enggak bisa makan McDonald's," katanya lagi.

Selain diembargo, bank asal Indonesia berpotensi didepak dalam sistem Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT). Sehingga Indonesia bisa tidak lagi bisa bertransaksi dengan dolar AS.

"Ini memang tantangannya karena barat ini kan mau bagaimanapun juga mereka kontrol teknologi payment. setiap pengiriman dolar AS harus lewat New York," tutupnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aum/aum)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rusia Makin 'Cuan' di Tengah Perang? Ini Penjelasannya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular