Internasional

Ngeri! Tanda Resesi Eropa Kian Nyata, Ini Bukti Barunya

sef, CNBC Indonesia
22 August 2022 10:30
People walk through Cardiff city centre, Sunday Dec. 20, 2020. In Wales, authorities said they decided to move up a lockdown planned for after Christmas and people must stay at home from 12:01 a.m. Sunday. The move will largely scrap Christmas gatherings in line with the rules for southern England. (Ben Birchall/PA via AP)
Foto: Warga berjalan di pusat kota Cardiff, Minggu (20/12/2020). (Ben Birchall / PA via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tanda resesi ekonomi di Eropa makin terlihat. Enam bulan serangan Rusia ke Ukraina dan rentetan sanksi Barat serta pembalasan, disebut kian jelas meningkatkan kerusakan ekonomi di benua itu.

Sejumlah negara mengalami pembatasan energi, kenaikan inflasi, dan kebijakan ketat moneter oleh bank sentral. Mengutip Bloomberg, Purchasing Manager's Index (PMI) yang bakal dirilis Selasa kemungkinan akan menunjukkan output sektor swasta menyusut untuk bulan kedua, menambah tanda-tanda bahwa resesi di Uni Eropa (UE) yang terdiri atas 19 negara makin nyata.

Sebenarnya, setidaknya ada tiga negara yang diyakini akan mengonfirmasi pelemahan ekonomi di UE. Mengutip sejumlah media Barat, mereka adalah Jerman, Prancis, Italia dan Spanyol.

Sebenarnya ini juga sempat diutarakan IMF awal bulan. Jerman hanya akan tumbuh 1,2% (sebelumnya 2,9%), Prancis 2,3% (sebelumnya 6,8%), Italia 3% (sebelumnya 6,6%) dan Spanyol 4% (sebelumnya 5,1%).

"Basis industrinya yang besar menderita secara tidak proporsional dari lonjakan biaya energi dan kekurangan pasokan yang terus-menerus," tulis Bloomberg dikutip Senin (22/8/2022).

"Sementara itu, jasa tidak melihat jenis ledakan pariwisata yang sama yang melanda negara-negara di sekitar Mediterania saat perjalanan liburan meningkat pasca-Covid."

"Dalam waktu dekat, kami memperkirakan resesi di Eropa pada musim dingin 2022-2023 sebagai akibat dari kekurangan energi dan inflasi yang terus meningkat," kata analis Economist Intelligence Unit (EIU) dimuat The Guardian.

"Musim dingin 2023-24 juga akan menantang, jadi kami memperkirakan inflasi tinggi dan pertumbuhan lamban setidaknya hingga 2024."

Namun dari semua negara zona Eropa, Jerman mungkin yang paling terlihat. Ini karena ketergantungan yang signifikan pada energi asal Rusia yang kini terbatas "pembalasan" Kremlin.

"Keajaiban ekonomi diperlukan untuk menjaga Jerman agar tidak jatuh ke dalam resesi pada paruh kedua tahun ini," kata Carsten Brzeski dari bank Belanda ING merujuk negara yang sangat bergantung pada gas Rusia itu.

"Fakta bahwa seluruh model bisnis ekonomi Jerman saat ini dalam fase perubahan juga akan mempengaruhi prospek pertumbuhan di tahun-tahun mendatang," tambahnya.

Sebenarnya, bukan hanya UE yang menunjukkan perlambatan ekonomi. Inggris misalnya, mencatat inflasi 10% untuk pertama kalinya dalam 40 tahun.

Ini juga disebabkan rumah tangga yang bergulat dengan kenaikan tagihan listrik. Bank sentral, Bank of England, memperkirakan inflasi akan mencapai puncaknya di atas 13% pada musim gugur setelah kenaikan harga energi lainnya.

"Ini diyakini akan membuat ekonomi jatuh ke dalam resesi yang berkepanjangan," tulis Guardian lagi.

Perlu diketahui, Inggris telah keluar dari Eropa sejak 1 Februari 2020. Hal itu secara teknis membuat negeri Ratu Elizabeth bukan bagian dari UE dan membatasinya dari sejumlah aturan gabungan kawasan.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi: Dunia Mengerikan, 20 Negara Eropa Masuk Jurang Resesi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular