Internasional
Xi Jinping Pening, Ada Bencana Baru "Acak-acak" Ekonomi China

Jakarta, CNBC Indonesia - China saat ini mengalami bencana baru. Bukan Covid-19 melainkan gelombang panas.
Bahkan fenomena alam itu diyakini akan berdampak serius ke ekonominya. Hal itu diutarakan Kepala Ekonom Hang Seng Bank China.
"Gelombang panas adalah situasi yang cukup mengerikan," kata Dan Wang mengatakan kepada "Squawk Box Asia" CNBC International, dikutip Senin (22/8/2022).
"Itu mungkin bisa berlangsung selama dua hingga tiga bulan ke depan," tegasnya lagi.
Gelombang panas di China telah memecahkan rekor berhari-hari. Ini bahkan membuat salah satu sungai terpanjang Asia, Yangtze, kini mengering. Menurut laporan media pemerintah, sebagian besar wilayah lembah Sungai Yangtze mengalami suhu yang sangat tinggi sejak Juli.
Curah hujan di daerah tersebut turun sekitar 45% dibandingkan rata-rata selama beberapa tahun terakhir. Suhu ekstrim juga telah mengganggu pertumbuhan tanaman dan mengancam ternak.
Semua hal itu diyakini berimplikasi ke industri setempat. Krisis listrik yang berujung pemadaman di wilayah Sungai Yangtze pun terjadi, termasuk di sejumlah pusat manufaktur China, seperti Guangdong, Zhejiang dan Jiangsu.
"Ini akan mempengaruhi industri-industri besar yang padat energi dan akan memiliki efek knock-on di seluruh ekonomi dan bahkan ke rantai pasokan global," katanya.
"Kami sudah melihat perlambatan produksi di industri baja, di industri kimia, di industri pupuk. Itu adalah hal yang sangat penting dalam hal konstruksi, pertanian dan juga manufaktur secara umum," tambah Wang.
Menurut Wang, PDB China pun bisa terganggu. Tahun lalu, akibat kekurangan listrik PDB China memang menyusut.
"Tahun lalu, seperti yang kami perkirakan, periode kekurangan listrik telah menyebabkan pertumbuhan PDB China sekitar 0,6%," kata Wang.
"Tahun ini kami pikir angka ini akan jauh lebih tinggi... Saya akan mengatakan 1,5% poin lebih rendah."
"Saat ini, kami memberikan 4% dari pertumbuhan PDB untuk setahun penuh. Jika situasi saat ini berlanjut, maka saya harus mengatakan tingkat pertumbuhan mungkin di bawah (3%), "tambahnya.
[Gambas:Video CNBC]
Eropa sampai China Pening, Ada Bencana Baru Mulai Menyerang
(sef/sef)