Internasional

Rusia Makin 'Cuan' di Tengah Perang? Ini Penjelasannya

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
10 June 2022 17:00
Pesawat jet Sukhoi Su-25 Rusia mengeluarkan asap berwarna bendera negara Rusia selama latihan untuk flypast, yang merupakan bagian dari parade militer yang menandai peringatan kemenangan atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia Kedua, di Moskow, Rusia, Rabu (4/5/2022). (REUTERS/Maxim Shemetov)
Foto: Pesawat jet Sukhoi Su-25 Rusia mengeluarkan asap berwarna bendera negara Rusia selama latihan untuk flypast, yang merupakan bagian dari parade militer yang menandai peringatan kemenangan atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia Kedua, di Moskow, Rusia, Rabu (4/5/2022). (REUTERS/Maxim Shemetov)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang yang dikobarkan Rusia telah memicu hujan sanksi bagi negara tersebut. Namun, Rusia nyatanya mampu membukukan pendapatan energi lebih besar justru sejak menyerang Ukraina pada 24 Februari lalu.

Hal itu diungkapkan utusan keamanan energi Amerika Serikat (AS) Amos Hochstein. Dia mengatakan kepada anggota parlemen selama sesi dengar pendapat bahwa ini terjadi akibat kenaikan harga minyak mentah global yang mampu mengimbangi dampak upaya Barat untuk membatasi penjualan dari Rusia.

"Saya tidak dapat menyangkal itu," kata Hochstein, sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (10/6/2022).

Hochstein mengatakan peningkatan permintaan minyak global dari negara konsumen yang telah keluar dari pandemi Covid-19 jauh lebih besar dan lebih kuat dari yang diperkirakan siapapun.

Sebagaimana diketahui, AS dan Uni Eropa sepakat untuk melarang impor minyak Rusia dan memberlakukan sanksi untuk menghukum Moskow atas serangan mendadaknya ke Ukraina.

Namun, hal itu justru memicu lonjakan harga minyak dan gas global. Harga minyak mentah Brent pada Kamis telah mendekati level tertinggi tiga bulan di atas US$ 123 per barel.

Pada saat yang sama, Rusia dilaporkan mampu menjual lebih banyak kargo ke pembeli lain, termasuk konsumen energi utama seperti China dan India, dengan menawarkan harga diskon.

Sebelumnya, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan pendapatan minyak Rusia naik 50% sejak awal tahun menjadi US$20 miliar per bulan, dengan kontribusi terbesar dari ekspor ke Uni Eropa. Hanya saja, larangan impor minyak Rusia ke wilayah itu yang akan berlaku pada akhir tahun diperkirakan akan memangkas pendapatan Rusia.


(tfa/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Update Terbaru Perang Ukraina: Serangan Rusia Bertubi-tubi!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular