Dapat Ribuan Triliun, Negeri Putin Cuan dari Perang Ukraina?
Jakarta, CNBC Indonesia - Perang antara Rusia dan Ukraina yang berlangsung sejak 24 Februari lalu belum juga menunjukkan tanda-tanda akan usai. Di sisi lain, dampak perang yang tengah menjadi 'momok' bagi negara-negara di dunia ternyata tetap ada negara yang meraup keuntungan.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno memaparkan alasan mengapa perang Rusia dan Ukraina belum juga usai. Ternyata ada yang diuntungkan dari perang ini.
Diketahui, Rusia menduduki peringkat kedua dengan produk ekspor terbesar dunia. Negeri Beruang Merah tersebut mencatatkan nilai ekspor sebesar US$ 72,6 miliar pada tahun 2020.
Sementara, menurut data International Energy Agency (IEA), produksi minyak mentah dan kondensat Rusia mencapai 10,5 juta barel per hari. Jumlah tersebut merupakan 14% dari total pasokan global.
Dengan perkiraan total ekspor yang besar ini, Rusia dikabarkan menjual harga minyak mentahnya dengan harga yang sangat murah, atau dikorting lebih dari 30% dari harga jual minyak mentah dunia seperti minyak Brent. Hal ini imbas dari negara-negara Uni Eropa yang melarang impor minyak dari negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin tersebut.
Pendapatan Rusia dari ekspor minyak dan gas (migas) diperkirakan akan mengalami kenaikan yang cukup tinggi tahun ini. Hal ini terjadi saat negara itu menghadapi embargo migas dari negara-negara Barat akibat serangan ke Ukraina.
Dalam pemberitaan Reuters, sebuah dokumen Kementerian Ekonomi merinci pendapatan Rusia dari ekspor energi akan menjadi US$ 337,5 miliar atau setara Rp 5 ribu triliun tahun ini. Angka ini 38% lebih tinggi dibandingkan tahun 2021 lalu.
Kementerian Keuangan Rusia membeberkan bahwasanya minyak mentah Urals yang menjadi andalan Rusia itu harganya rata-rata hanya berkisar di US$ 73,24 per barel pada pertengahan April sampai Mei 2022.
Jika harga ini terus dipakai pada bulan Agustus 2022, angka itu jauh lebih rendah dari rata-rata harga minyak brent yang saat ini berada di level US$ 96,72 per barel.
Menurut Sandiaga, meski Rusia menjual harga minyak di bawah harga pasar, negara tersebut ini tetap mengalami keuntungan mencapai US$ 6 miliar per hari. Sandiaga menyebut biaya perang Rusia hanya sekitar US$ 1 miliar. Sehingga Rusia itu mendapat cuan sebanyak US$ 5 miliar.
Dengan kortingan harga yang jauh lebih rendah dari harga minyak mentah dunia itu, menunjukkan bahwa negara penghasil minyak terbesar ketiga dunia ini tidak dapat sepenuhnya menikmati durian runtuh dari kenaikan harga minyak di pasar internasional.
(aum/aum)