
Memangnya Harga Pertalite Harus Naik Sekarang Banget?

Memang seberapa penting menaikkan harga BBM? Apakah harga memang sudah harus naik banget?
Kalau dari kacamata pengelolaan fiskal, beban yang ditanggung oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) memang besar. Tahun ini, anggaran untuk subsidi dan kompensasi energi diperkirakan melonjak hingga Rp 502,4 triliun.
Ingat, itu baru subsidi energi saja, belum non-energi. Namun jumlahnya sudah jauh melampaui pagu awal di Undang-Undang (UU) APBN 2022 di mana anggaran subsidi ditetapkan Rp 206,96 triliun.
Angka Rp 502,4 triliun itu masih bisa bertambah lagi kalau harga minyak semakin mahal. APBN 2022 disusun dengan asumsi rata-rata harga minyak Indonesia (ICP) di US$ 63/barel. Sampai Juli, rata-rata ICP ada di US$ 104,51/barel.
Belum lagi nilai tukar rupiah juga cenderung melemah. Nilai tukar akan menentukan, karena Indonesia adalah negara net importir minyak. Kebutuhan minyak dalam negeri masih tergantung dari impor, karena produksi domestik yang tak kunjung memadai.
UU APBN 2022 dibangun dengan asumsi rata-rata nilai tukar di Rp 14.350/US$. Hingga 19 Agustus, rata-rata nilai tukar rupiah adalah Rp 14.552,09/US$.
Oleh karena itu, langkah pengendalian harus segera dilakukan. Jika kondisi masih seperti sekarang, business as usual, maka permintaan Pertalite akan meningkat sehingga beban subsidi dan kompensasi makin berat.
Salah satu pengendalian itu adalah melalui harga. Saat harga Pertalite naik, maka diharapkan masyarakat akan mengurangi konsumsi sehingga biaya subsidi bisa ditekan.
(aji/aji)