Memangnya Harga Pertalite Harus Naik Sekarang Banget?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 August 2022 16:00
Warga mengisi bensin di Kawasan SPBU Kuningan Rasuna Said, Jakarta, Selasa, 28/Juni/2022. PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina Patra Niaga berencana mengatur pembelian Jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) Khusus Penugasan (JBKP) seperti Pertalite dan juga BBM Solar Subsidi. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Warga mengisi bensin di Kawasan SPBU Kuningan Rasuna Said, Jakarta, Selasa, 28/Juni/2022. PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina Patra Niaga berencana mengatur pembelian Jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) Khusus Penugasan (JBKP) seperti Pertalite dan juga BBM Solar Subsidi. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Akan tetapi, menaikkan harga Pertalite tidak semudah memainkan kunci C di gitar. Pertimbangannya maha berat, yaitu nasib rakyat.

Seperti diketahui, harga BBM di berbagai negara yang menggunakan mekanisme pasar sudah melambung tinggi. Di Amerika Serikat (AS), misalnya, harga BBM regular pernah berada di atas US$ 5/galon, termahal sepanjang sejarah.

Akibatnya, inflasi di Negeri Paman Sam melambung tinggi. Pada Juni 2022, inflasi menyentuh 9,1% year-on-year (yoy), tertinggi dalam empat dekade terakhir. Inflasi memang melandai pada bulan berikutnya, tetapi masih di level tinggi yakni 8,5% yoy.

Kalau inflasi sudah tinggi, dampaknya ke mana-mana. Bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) terpaksa menaikkan suku bunga acuan secara agresif demi meredam tekanan inflasi. Sepanjang tahun ini, Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega sudah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 225 basis poin (bps).

Mahalnya biaya hidup akibat inflasi dan suku bunga tinggi membuat warga Negeri Adikuasa tidak percaya diri dalam melihat perekonomian, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) AS pada Juli 2022 berada di 95,7, terendah sejak Februari 2021. IKK yang di bawah 100 menandakan konsumen pesimistis terhadap kondisi perekonomian saat ini hingga enam bulan ke depan.

Masyarakat AS pun sudah terlihat mengerem pengeluaran. Pada Juli 2022, penjualan ritel tidak tumbuh alias stagnan dibandingkan bulan sebelumnya. Ini adalah catatan terburuk sejak Desember tahun lalu.

Jadi tidak heran ekonomi AS mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif. Pada kuartal II-2022, Produk Domestik Bruto (PDB) AS menyusut 0,9% dibandingkan kuartal sebelumnya.

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular