Internasional

SWF Terbesar Dunia Ini Boncos Rp 2.500 T, Ada Apa?

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Kamis, 18/08/2022 14:30 WIB
Foto: Norges Bank Investment Management (Photo Illustration by Thiago Prudencio/SOPA Images/LightRocket via Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengelolaan Dana Investasi (SWF) Norwegia, Manajemen Investasi Norges Bank (NMIB) melaporkan kerugian hingga US$ 174 miliar atau setara Rp 2.582 triliun pada Semester I 2022. Hal ini dikarenakan inflasi dan perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.

Mengutip CNBC International, SWF terbesar dunia bernilai US$ 1,3 triliun itu disebut mengembalikan hingga minus 14,4% selama periode tersebut. Akan tetapi, pengembalian itu 1,14 poin persentase lebih baik daripada pengembalian indeks acuan yang bernilai 156 miliar krone.

"Pasar telah ditandai dengan kenaikan suku bunga, inflasi tinggi, dan perang di Eropa. Investasi ekuitas turun sebanyak 17%. Saham teknologi berkinerja sangat buruk dengan pengembalian -28%," kata CEO Manajemen Investasi Norges Bank, Nicolai Tangen, dalam rilisnya dikutip Kamis, (18/8/2022).


Pengembalian dana atas investasi ekuitas turun 17%, sementara investasi pendapatan tetap dan infrastruktur energi terbarukan masing-masing turun 9,3% dan 13,3%.

Cadangan minyak dan gas Laut Utara yang luas di Norwegia adalah fondasi kekayaan SWF tersebut. Energi adalah satu-satunya sektor yang tidak melihat hasil negatif setelah NBIM melakukan investasi besar dalam tenaga angin dalam beberapa tahun terakhir.

"Pada semester pertama tahun ini, sektor energi kembali 13%. Kami telah melihat kenaikan harga yang tajam untuk minyak, gas, dan produk olahan," tambah Tangen.

Analis Economist Intelligence Unit Matthew Oxenford mengatakan bahwa kinerja NBIM ini adalah "gejala" dari tren yang telah dihadapi oleh SWF di seluruh dunia saat ini. Pasalnya kenaikan suku bunga di dunia menyebabkan penurunan penanaman dana di sektor investasi.

"Paruh pertama tahun 2022 melihat pergolakan signifikan di pasar keuangan secara global, dan sebagian besar dana yang terdiversifikasi mengalami penurunan nilainya," kata Oxenford.

"Secara global, sebagian besar penurunan ini didorong oleh pengetatan moneter yang agresif oleh bank sentral, yang menyebabkan penurunan tajam dalam investasi di perusahaan-perusahaan yang tumbuh cepat di sektor-sektor dengan pertumbuhan tinggi seperti teknologi."


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Tok! MK Putuskan Pemilu Nasional & Pilkada Dilakukan Terpisah