Internasional

Sudah Rekor 40 Tahun, Inflasi Inggris Diramal Terus Meroket

Maesaroh, CNBC Indonesia
18 August 2022 11:20
Pembeli menge chek harga makanan di toserba Inggris
Foto: Reuters

Meski sudah melonjak tajam, inflasi Inggris diyakni belum mencapai puncaknya. Inflasi harga produsen mencapai 17% atau yang tertinggi dalam 45 tahun terakhir. Kenaikan IPP tersebut mengindikasikan bahwa inflasi Inggris masih memanas ke depan.

Bank sentral Inggris (BoE) pada awal Agustus lalu memperkirakan inflasi Inggris akan mencapai puncaknya pada Oktober mendatang yakni di kisaran 13%.

Namun, sejumlah pihak menilai proyeksi BoE terlalu optimis.

Ekonom Citi Group Benjamin Nabarro memproyeksikan inflasi paling tidak akan mencapai 15% pada awal tahun depan. Dia mengingatkan jika harga energi masih akan mendongkrak inflasi ke depan.

Seperti diketahui, harga energi Inggris diatur batas maksimalnya oleh Badan Pengawas Energi Inggris (Ofgem). Ofgem akan mengubah batas harga energi tiap tiga bulan.

"Dalam pandangan kami, tekanan masih akan berlanjut. Jika tidak ada campur tangan dari pemerintah, kami memperkirakan inflasia akn meningkat melebihi 15% pada kuartal I-2023," tutur Nabarro, seperti dikutip dari Reuters.

Produsen telah menaikkan harga energi sebesar 17,1% atau tertinggi sejak 1977. Kendati demikian, harga energi masih akan naik ke depan.

Harga energi yang dibayar ruma tangga Inggris saat ini berkisar 1.277- 1.971 pound sterling setahun atau sekitar Rp 22,6 -Rp 34,89 juta (kurs 1 pound sterling=Rp 17.7-3).

Analis industri energi Cornwall Insight memperkirakan rata-rata harga energi Inggris akan naik menjadi 3.582 pound sterling (Rp 63,41 juta) pada Oktober mendatang. Perkiraan tersebut 200 pound sterling lebih mahal dibandingkan proyeksi awal.

Harga energi pada Januari 2023 akan melonjak menjadi 4.266 pound sterling atau sekitar Rp 75,52 juta.

 

Kenaikan harga energi ini tentu saja akan semakin membebani masyarakat Inggris.

Dilansir dari The Guardian, masyarakat Inggris kini banyak yang berjuang keras karena lonjakan harga. Mereka mulai beralih ke produk yang lebih terjangkau untuk produk harian seperti keju, susu, dan roti.

Menyusul lonjakan inflasi, bank sentral Inggris telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 165 bps sejak Desember lalu, dari 0,1% menjadi 1,75%.

"Konsumen kini terjepit di antara kenaikan harga energi dan kebutuhan rumah tangga. Semua ini terjadi karena kurangnya kebijakan politik," tutur Dan Howe, head of investment dari Janus Henderson.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(mae/luc)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular