
Ngeri.. Inflasi Inggris Meledak, Segera Masuk Jurang Resesi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi Inggris pada Juli 2022 kian meninggi dan mencapai level tertinggi baru dalam 40 tahun. Kondisi ini dipicu oleh lonjakan harga makanan dan energi terus berlanjut
Berdasarkan data dari Kantor Statistik Nasional Inggris yang dirilis Rabu (16/8/2022), indeks harga konsumen naik 10,1% (yoy). Angka ini lebih tinggi dari perkiraan konsensus Reuters sebesar 9,8% dan naik dari 9,4% pada bulan Juni.
Inflasi inti, yang tidak termasuk energi, makanan, alkohol dan tembakau, mencapai 6,2% pada tahun ini hingga Juli 2022. Naik dari 5,8% pada Juni dan di depan proyeksi 5,9%.
Naiknya harga pangan memberikan kontribusi kenaikan terbesar terhadap tingkat inflasi tahunan antara Juni dan Juli. Meski demikian, kenaikan juga didorong besar bahan bakar.
Konsumen juga bergulat dengan melonjaknya harga rumah tangga. Semuanya diperparah oleh kurangnya tindakan tegas di tingkat politik.
"Angka inflasi hari ini berfungsi sebagai pengingat lebih lanjut bagi banyak rumah tangga Inggris bahwa mereka menghadapi periode kesulitan keuangan yang cukup besar," kata Kepala Kepercayaan Investasi Janus Henderson, Dan Howe.
"Supermarket tidak punya banyak pilihan selain meneruskan kenaikan harga dari pemasok, mereka sendiri bersaing dengan inflasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam bahan baku dan biaya input bahan," kata Direktur Strategi Ritel PwC, Kien Tan.
Seperti yang telah diketahui, tertekannya kondisi finansial, krisis energi, hingga pangan berujung pada kekhawatiran resesi. Stagflasi adalah kondisi di mana pertumbuhan ekonomi cenderung stagnan bahkan turun, dibarengi dengan inflasi yang tinggi.
Perang yang terjadi antara Rusia-Ukraina mengancam pemulihan ekonomi global yang sedang berlangsung setelah dua tahun pandemi. Harga energi dan pangan melonjak karena dua negara ini merupakan pengekspor komoditas besar yang berujung pada "membuat hidup lebih sulit bagi banyak orang di seluruh dunia".
Inflasi yang merajalela kemudian akan memotong belanja konsumen dan pendapatan perusahaan. Ditambah lagi dengan naiknya harga energi yang diperburuk oleh serangan Rusia ke Ukraina sejak Februari 2022 lalu membuat perekonomian Inggris Terganggu.