
Kabar Buruk: Pesta Durian Runtuh Usai, Impor BBM Meledak!

Ekonomi China melambat menjadi 0,4% (yoy) pada kuartal II-2022 dari 4,8% pada kuartal I-2022. Ekonomi AS bahkan sudah terkontraksi dalam dua kuartal.
Ekspor non-migas Indonesia ke China sudah turun 1,27% pada Juli (mtm). Ekspor ke AS naik tipis 1,89% sementara ekspor ke India anjlok 10,3%.
Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana juga memperkirakan surplus makin menipis karena melandainya harga komoditas dan pertumbuhan ekonomi.
"Menipisnya neraca perdagangan akan mengurangi dukungan cadangan devisa bagi ketahanan ekonomi ke depan. Ini akan memberi tekanan kepada Bank Indonesia untuk menyesuaikan suku bunga acuan jika tekanan terus meningkat," tutur Wisnu, kepada CNBC Indonesia.
Surplus neraca perdagangan Indonesia juga makin tergerus oleh besarnya impor BBM serta meningkatnya permintaan dalam negeri.
Impor hasil minyak sepanjang Januari-Juli 2022 menembus US$ 14,38 miliar atau naik 97,71%. Sementara itu, impor minyak mentah mencapai US$ 6,42 miliar atau melesat 62,38%.
Volume impor BBM termasuk untuk bahan bakar pesawat dan diesel menyentuh 14,31 juta ton pada Januari-Juli 2022 atau naik 17,63% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Volume impor LPG menyentuh 3,9 juta ton atau naik 40,92%.
Impor hasil minyak melonjak tajam sejak Maret tahun ini atau pasca perang Rusia-Ukraina meletus pada akhir Februari lalu.
Pada periode Maret-Juli, rata-rata nilai impor hasil minyak mentah mencapai US$ 2,24 miliar per bulan . Padahal, pada empat bulan sebelum perang (November 2021-Februari 2022), nilai rata-rata impornya hanya US$ 1,73.
Nilai impor juga terus merangkak naik dari US$ 2,15 miliar pada Mei menjadi US$ 2,27 miliar pada Juni, dan US$ 2,36 miliar pada Juli.
Untuk minyak mentah, impor nya sangat fluktuatif. Impor sempat melonjak tajam pada April karena persiapan Lebaran idul Fitri. Namun, angkanya tidak setinggi hasil minyak.
Kenaikan impor minyak mentah dan hasil minyak ini tentu saja akan membebani anggaran pemerintah mengingat sebagian besar komoditas tersebut akan diolah menjadi Pertalite yang harganya masih disubsidi.
Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menjelaskan surplus neraca perdagangan diperkirakan mengecil karena tingginya permintaan domestik sejalan dengan pemulihan ekonomi.
Data BPS menunjukkan impor bahan baku/penolong melonjak 44,49% (yoy) pada Juli menjadi US$ 16,7 sementara impor barang modal melesat 44,33% (yoy) pada Juli menjadi US$ 3,0. Kenaikan kedua kelompok barang tersebut tersebut adalah sinyal jika pemulihan ekonomi Indonesia akan terus berjalan.
"Impor diperkirakan terus menguat karena akselerasi pertumbuhan ekonomi domestik karena kenaikan permintaan dan pelonggaran mobilitas" ujar Andry.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)[Gambas:Video CNBC]