Durian Runtuh! Setoran Ekspor Sawit Cetak Rekor

Maesaroh, CNBC Indonesia
15 August 2022 08:25
Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Upaya pemerintah untuk menggenjot ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan produk turunannya telah melambungkan penerimaan bea keluar (BK) dari komoditas tersebut. Penerimaan BK dari CPO dan produk turunannya pada Juli bahkan menjadi yang tertinggi sepanjang tahun ini.

Sebagai catatan, pada pertengahan Juni, pemerintah bahkan mengeluarkan program flush out atau percepatan penyaluran ekspor untuk komoditas CPO dan turunannya. Kebijakan tersebut berlaku hingga 31 Juli 2022.

Program flush out berlaku untuk CPO, Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil (RBD Palm Oiij, Refined, Bleached and Deodorized Palm Olein (RBD Palm Olein), dan Used Cooking Oil (UCO).

Program flush out sempat membuat harga CPO ambrol di pasar internasional karena melimpahnya pasokan.

Merujuk pada data Refinitiv, harga CPO pada Juli rata-rata ada di kisaran MYR 3.940/ton, jauh lebih rendah dibandingkan pada Juni yang tercatat MYR 5.473 per ton.

Meskipun harga melandai, besarnya volume ekspor CPO dan produk turunannya membuat penerimaan BK tetap besar. Pada Juli, harga referensi CPO turun 4,96% (month to month/mtm) menjadi US$ 1.700,12 /MT. Pemerintah memberlakukan tarif BK maksimal sebesar US$ 200/ton karena harga CPO sudah di atas threshold.

"Penerimaan BK Juli tumbuh didorong peningkatan volume ekspor CPO dan produk turunannya sebesar 10,35% (mtm)," sebut Direktorat Jenderal Bea Cukai, dalam keterangannya.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, penerimaan BK dari kelompok CPO dan produk turunannya pada Juli 2022 menembus Rp 7,69 triliun. Jumlah tersebut naik 14,7% dibandingkan Juni 2022.

Penerimaan BK dari komoditas CPO dan produk turunannya pada Juli adalah yang tertinggi sepanjang tahun ini. Nilainya bahkan dua kali lipat lebih banyak dibandingkan rata-rata penerimaan bulanan 2022 (Rp 3,17 triliun).

Dari tiga kelompok CPO dan turunnya yakni bungkil dan kernel, CPO, dan turunan CPO, sumbangan penerimaan BK terbesar datang dari kelompok turunan CPO. Penerimaan BK dari kelompok turunan CPO menembus Rp 5,84 triliun pada Juli, naik 6,5% dibandingkan bulan sebelumnya.

Penerimaan BK dari kelompok CPO terbang 89% menjadi Rp 935,54 miliar. Penerimaan BK dari bungkil dan kernel naik menjadi Rp 916,75 miliar pada Juli, dari Rp 730,72 miliar pada Juni.

Sementara itu, penerimaan BK dari komoditas mineral seperti tembaga naik 11,68% menjadi Rp 598,71 miliar pada Juli, dari Rp 536,07 miliar pada Juni.

Ekspor tembaga menyumbang penerimaan BK sebesar Rp 504, 04 miliar pada Juli, naik tipis dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat Rp 446,59 miliar.
Secara keseluruhan, penerimaan BK termasuk dari biji kakao dan kayu tercatat Rp 8,31 triliun pada Juli atau naik 14,49% dibandingkan Juni yang tercatat Rp 7,26 triliun.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Berlumur Minyak CPO, Potret Pekerja Penguras Kapal di Priok

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular