Krisis Pangan Itu Nyata, Ini Buktinya!

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
12 August 2022 16:54
Ilustrasi (Photo by TymurKhakimov via pexels)
Foto: Ilustrasi (Photo by TymurKhakimov via pexels)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dunia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Ekonomi diambang resesi dan perang masih saja terjadi. Di tengah gejolak tersebut, krisis pangan membayangi karena produksi pangan yang diramal akan seret.

Perubahan iklim memang jadi alasan utama menyebabkan gangguan cuaca seperti kekeringan yang membuat produksi berkurang. Tapi kemudian diperparah dengan konflik di Eropa Timur yang membuat harga bahan pangan dari biji-bijian khususnya makin mahal.

Harga minyak dan gas yang meroket turut mempengaruhi harga pupuk Ujung-ujungnya biaya panen pun kian mahal dan mempengaruhi hasil produksi di berbagai negara. 

Gandum

Pasokan gandum global pada 2022/2023 diperkirakan akan turun 1,1 juta ton menjadi 1.051,7 juta ton. Produksi di Argentina, Australia, dan Ukraina diprediksi lebih rendah.

Produksi gandum dari Argentina pada periode 2022-2023 diperkirakan akan turun menjadi 19,5 juta ton. Jumlah ini turun dari periode 2021/2022 sebesar 22,15 juta ton. Australia produksinya diperkirakan akan turun 6 juta ton menjadi 30 juta ton.

Ukraina paling parah karena produksinya diperkirakan turun menjadi 19,5 juta ton pada periode 2022/2023 dari 33,01 juta ton pada periode 2021/2022.

Kenaikan produksi terlihat di Kanada dan Rusia. Produksi gandum Kanada mencapai 34 juta ton, naik dari 21,65 juta ton. Sedangkan Rusia naik menjadi 81,5 juta ton dari 75,16 juta ton.

Konsumsi dunia turun 1,8 juta ton menjadi 784,2 juta ton, terutama untuk pakan dan penggunaan sisa persediaan di Uni Eropa dan Ukraina. Proyeksi stok akhir dunia 2022/23 meningkat 0,7 juta ton menjadi 267,5 juta ton tetapi tetap terendah sejak 2016/17.

Sementara itu analis memperkirakan stok akhir gandum dunia sebesar 267,552 juta ton, lebih rendah dari periode 2021/2022 sebesar 280,1 juta ton.

Jagung

Produksi jagung dunia pada 2022/2023 diperkirakan akan turun karena pengurangan di China dan terutama Ukraina. China diperkirakan akan menghasilkan jagung sebanyak 271 juta ton pada periode 2022/2023, lebih rendah dari periode sebelumnya sebesar 272,55 juta ton.

Sedangkan produksi Ukraina merosot tajam hampir 50%. Produksi jagung di Ukraina diperkirakan sebanyak 25 juta ton, turun dari periode sebelumnya yakni 42,13 juta ton.

Di sisi lain, jagung dari ladang Argentina dan Brasil diperkirakan meningkat. Argentina sebanyak 55 juta ton dan Brasil 126 juta ton. Begitu juga dengan Afrika Selatan yang produksinya diperkirakan mencapai 17,3 juta ton pada 2022/2023, naik 1 juta ton dari periode sebelumnya.

Stok jagung global akhir 2022/2023 pada Juli sebesar 312,94 juta ton, naik tipis dari periode sebelumnya sebesar 312,28 juta ton.

Kedelai

Stok akhir kedelai global 2022/2023 diperkirakan sebanyak 99,6 juta ton, naik dari periode 2021/2022 sebesar 88,73 juta ton.

Produksi kedelai dari Argentina dan Brasil diperkirakan akan meningkat pada periode 2022/2023. Produksi Argentina menjadi 51 juta ton, dari 44 juta ton pada periode sebelumnya. Sementara Brasil menjadi 149 juta ton pada 2022/2023 dari 126 juta ton pada periode 2021/2022.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Cuma Beras, BPS Ungkap Impor Pangan Ini Ikut Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular