
Ramai Harga Mi Instan, Anak Buah Mentan: Produsen Jaga Harga

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Pertanian (Kementan) meminta masyarakat dan industri pangan terus waspada terhadap potensi krisis pangan global. Meski, kata Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri, kondisi Indonesia masih terbilang aman.
"Kementan merespons positif pernyataan salah satu pelaku industri pangan olahan berbasis gandum yang menyebutkan kenaikan harga produk pangan olahan tidak akan signifikan. Pemerintah termasuk Kementan mengharapkan semua pelaku industri pangan terus berkomitmen untuk menjaga harga produk mereka", kata Kuntoro dalam keterangan tertulis, Kamis (11/8/2022).
Menurut Kuntoro, ketersediaan komoditas pangan strategis masih terjamin dan harga relatif stabil.
Hanya saja, lanjutnya, perang Rusia-Ukraina, perubahan iklim, dan pandemi covid-19 yang belum sepenuhnya usai, menyebabkan adanya tren di kalangan negara-negara sentra produksi pangan mulai melakukan restriksi ekspor ke negara-negara lain.
Karena itu, imbuh dia, meski gandum bukan komoditas pangan utama, tapi kebutuhan gandum di Indonesia sangat tinggi. Padahal gandum bukan produk asli Indonesia dan sulit untuk dibudidayakan. Sehingga kebutuhan gandum masih dipasok oleh impor.
Di mana, paparnya, data BPS tahun 2019 menunjukkan konsumsi gandum per kapita penduduk Indonesia adalah 30,5 kg/ tahun. Sebagai perbandingan, konsumsi beras di Indonesia per kapita sebesar 27 kg/tahun. Kebutuhan gandum terbesar adalah untuk industri produk pangan olahan, seperti mie instan, kue, dan roti.
![]() Anak Kos Siap-siap Nangis, Harga Mi Instan Naik 3 Kali Lipat |
Kuntoro mengutip data International Food Policy Research Institute (IFPRI), bahwa sepanjang Juni 2022, ada berbagai kebijakan restriksi ekspor di beberapa negara, baik berupa pelarangan, izin, dan atau pajak ekspor.
"Salah satu komoditas dibatasi adalah gandum. Sejumlah negara penghasil gandum, seperti Rusia, India, Serbia, Mesir, Afghanistan, Kazakhstan, Kyrgyzstan, dan Kosovo, mengeluarkan kebijakan restriksi. Langkah ini diambil untuk tetap menjaga stabilitas pangan di negara mereka masing-masing," kata Kuntoro.
"Perang Rusia-Ukraina juga sangat memengaruhi pasokan gandum untuk kebutuhan global. Menurut laporan FAO, sekitar 50 negara menggantungkan sekitar 30% impor gandumnya dari Rusia dan Ukraina," pungkasnya.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Mi Instan Beneran Terus Naik, Nih Buktinya